Tantanganguru di era transformasi pembelajaran digital Selasa, 29 Desember 2020 20:41 WIB Ilustrasi - Sejumlah guru di SMP Negeri 9 Yogyakarta melakukan pembelajaran secara daring pada Agustus 2020. ANTARA/Eka Arifa Rusqiyati/am. Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 telah memaksa para guru untuk mengubah pola mengajar.
Daring Adalah Transformasi dan Tantangan di Era Digital Dalam era digital yang semakin maju ini, pembelajaran daring telah menjadi istilah yang sering kita dengar. Daring adalah singkatan dari “dalam jaringan” atau “online,” dan telah mengubah cara kita belajar dan berinteraksi di dunia pendidikan. Perkembangan teknologi internet telah memungkinkan kita untuk mengakses informasi dan sumber daya pembelajaran secara mudah dan masih ingat ketika saya pertama kali mengenal pembelajaran daring. Rasanya seperti memasuki dunia baru yang menakjubkan, di mana saya dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa harus terikat oleh waktu dan memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran, memungkinkan kita untuk mengaturnya sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan kita tidak hanya kebebasan dan fleksibilitas yang membuat pembelajaran daring menarik. Di era di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, pembelajaran daring juga menjadi landasan untuk mengembangkan keterampilan teknologi yang dapat belajar tentang penggunaan teknologi terbaru, berinteraksi dengan berbagai platform dan aplikasi pembelajaran, serta mengembangkan kemampuan digital yang di balik kemajuan dan manfaatnya, kita juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Ketidaksetaraan akses internet, kurangnya infrastruktur yang memadai, dan kesenjangan digital menjadi hambatan dalam memastikan bahwa setiap individu dapat merasakan manfaat dari pembelajaran itu, motivasi dan keterlibatan siswa juga menjadi fokus perhatian, karena terkadang sulit untuk mempertahankan rasa disiplin dan fokus dalam pembelajaran yang dilakukan secara artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan “daring adalah” dan bagaimana transformasi ini mempengaruhi dunia akan melihat manfaat dari pembelajaran daring, sejarah perkembangannya, serta tantangan yang harus dihadapi dan strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi tantangan kesempatan ini, mari kita membuka pikiran dan mempersiapkan diri untuk memahami perubahan dan tantangan yang terkait dengan pembelajaran artikel ini dapat memberikan wawasan yang berguna dan menginspirasi langkah-langkah menuju masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan itu Daring?Sejarah Perkembangan Daring1. Munculnya Teknologi Internet2. Perkembangan Sistem Pembelajaran Daring3. Inovasi dan Perubahan Terkait DaringManfaat Pembelajaran Daring1. Aksesibilitas dan Fleksibilitas2. Interaktif dan Partisipatif3. Peningkatan Efisiensi Pembelajaran4. Peningkatan Keterampilan Teknologi5. Kolaborasi antara Guru dan SiswaTransformasi dalam Pembelajaran Daring1. Perubahan Paradigma Pembelajaran2. Penggunaan Teknologi yang Disruptif3. Pembelajaran Kolaboratif dan Global4. Personalisasi Pembelajaran5. Pemantauan dan Evaluasi yang Lebih EfektifTantangan dalam Pembelajaran Daring1. Keterbatasan Akses dan Infrastruktur2. Kurangnya Interaksi Sosial dan Kolaborasi3. Kemandirian dan Disiplin Diri4. Tantangan Teknis dan Teknologi5. Kesenjangan Belajar dan Kesetaraan AksesStrategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran Daring1. Meningkatkan Akses dan Infrastruktur2. Meningkatkan Interaksi Sosial dan Kolaborasi3. Membangun Kemandirian dan Disiplin Diri4. Mengatasi Tantangan Teknis dan Teknologi5. Mewujudkan Kesetaraan Akses dan Kesempatan Belajar6. Melibatkan Peran Orang Tua dan WaliKesimpulanApa itu Daring?Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, pembelajaran daring telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Namun, sebelum kita menjelajahi lebih dalam tentang bagaimana “daring adalah” dan dampaknya dalam transformasi pendidikan, penting bagi kita untuk memahami definisi dan konsep dasar dari pembelajaran adalah singkatan dari “dalam jaringan” atau “online.” Secara sederhana, pembelajaran daring mengacu pada proses belajar yang dilakukan melalui platform digital, di mana siswa dan guru dapat terhubung melalui berbagai alat dan teknologi, seperti komputer, tablet, atau smartphone, siswa dapat mengakses materi pembelajaran, berinteraksi dengan rekan sekelas, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran secara dasar dalam pembelajaran daring adalah fleksibilitas dan aksesibilitas. Daring memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan kecepatan yang mereka tentukan lagi terikat oleh ruang kelas fisik dan jadwal yang ketat, siswa dapat mengatur waktu dan tempat pembelajaran sesuai dengan preferensi dan kenyamanan itu, pembelajaran daring juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi secara aktif dan partisipatif. Melalui platform pembelajaran daring, siswa dapat berkolaborasi dengan rekan sekelas, berdiskusi, dan berbagi pendapat mereka tentang topik mengubah dinamika pembelajaran tradisional menjadi proses yang lebih inklusif, di mana setiap suara dan pemikiran satu aspek penting dari pembelajaran daring adalah penggunaan teknologi. Dalam era digital ini, teknologi menjadi elemen yang tak terpisahkan dari kehidupan daring memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan teknologi yang penting untuk masa depan mereka. Mereka belajar untuk menggunakan berbagai alat digital, memahami penggunaan platform pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan teknologi yang kritis dan diperlukan dalam dunia kerja yang semakin artikel ini, kita akan terus menjelajahi berbagai aspek dan implikasi dari “daring adalah.” Dengan memahami definisi dan konsep dasarnya, kita akan dapat melihat lebih jelas bagaimana pembelajaran daring telah mengubah paradigma pendidikan kita dan menghadapi tantangan yang ada. Bersiaplah untuk merasakan perubahan yang terjadi dan melangkah ke masa depan pendidikan yang penuh Perkembangan Daring1. Munculnya Teknologi Interneta. Awal Pengembangan InternetPada tahun 1960-an, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengembangkan proyek ARPA Advanced Research Projects Agency yang menjadi cikal bakal internet. Tujuan utama proyek ini adalah untuk menciptakan jaringan komputer yang bisa saling terhubung dan berbagi Kemajuan Jaringan KomputerPada tahun 1980-an, jaringan komputer semakin berkembang pesat dengan munculnya teknologi TCP/IP Transmission Control Protocol/Internet Protocol. Teknologi ini memungkinkan komputer-komputer yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain di dalam jaringan yang lebih Perkembangan Sistem Pembelajaran Daringa. Penggunaan Awal Sistem Pembelajaran DaringPada tahun 1990-an, sistem pembelajaran daring mulai muncul dengan pendekatan yang sederhana. Penggunaan email dan forum diskusi menjadi metode yang umum digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi antara guru dan Perkembangan LMS Learning Management SystemPada tahun 2000-an, pengembangan Learning Management System LMS seperti Moodle dan Blackboard menjadi tren dalam pembelajaran daring. LMS ini menyediakan platform terintegrasi untuk mengelola konten pembelajaran, tugas, dan interaksi antara siswa dan Perluasan Pembelajaran Daring ke Platform Berbasis WebDengan semakin berkembangnya teknologi web, banyak platform pembelajaran daring yang berbasis web mulai muncul. Contohnya adalah Khan Academy dan Coursera yang menyediakan kursus-kursus online dalam berbagai Inovasi dan Perubahan Terkait Daringa. Penggunaan Video dan WebinarSeiring dengan perkembangan teknologi video, penggunaan video dalam pembelajaran daring menjadi populer. Guru dapat merekam materi pelajaran atau mengadakan webinar secara langsung, memungkinkan siswa untuk mengaksesnya kapan Pembelajaran Berbasis GameInovasi dalam bentuk pembelajaran berbasis game juga telah meramaikan dunia pembelajaran daring. Game edukatif memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menarik bagi siswa, serta mendorong keterlibatan dan motivasi mereka dalam proses Pengembangan Pembelajaran AdaptifPembelajaran daring juga semakin mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence/AI untuk mengembangkan sistem pembelajaran ini dapat menyesuaikan konten dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing perkembangan yang pesat, pembelajaran daring telah mengalami transformasi yang luar biasa. Dari teknologi internet hingga inovasi yang terus berkembang, pembelajaran daring telah mempengaruhi cara kita belajar dan Pembelajaran DaringPembelajaran daring telah menghadirkan berbagai manfaat yang signifikan dalam dunia pendidikan. Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan beberapa manfaat utama yang dapat kita rasakan dalam proses pembelajaran Aksesibilitas dan FleksibilitasDari sisi Aksesibilitas dan Fleksibilitas salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Belajar Kapan Saja, Di Mana SajaSalah satu manfaat utama dari pembelajaran daring adalah fleksibilitas waktu dan tempat. Siswa tidak terikat pada jadwal kelas yang kaku dan dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka. Ini memberikan kebebasan bagi siswa yang memiliki jadwal yang padat atau keterbatasan fisik untuk tetap mengikuti proses Akses ke Materi dan Sumber Daya yang LuasMelalui pembelajaran daring, siswa dapat mengakses materi pembelajaran dan sumber daya yang luas dengan mudah. Informasi yang diperlukan dapat ditemukan dengan cepat melalui internet, dan siswa dapat menggali lebih dalam tentang topik yang diminati melalui berbagai sumber seperti e-book, jurnal online, atau video Interaktif dan PartisipatifDari sisi Interaktif dan Partisipatif salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kolaborasi dan Diskusi Antar SiswaPembelajaran daring memungkinkan siswa untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan rekan sekelas secara online. Melalui fitur-fitur seperti forum diskusi atau proyek kolaboratif, siswa dapat saling bertukar pemikiran, berbagi ide, dan membangun pengetahuan bersama. Hal ini mendorong keterlibatan aktif dan pemberian suara kepada setiap Peningkatan Keterlibatan dan MotivasiDalam pembelajaran daring, guru dapat menggunakan berbagai strategi yang menarik dan inovatif untuk membangkitkan minat dan motivasi video pembelajaran, game edukatif, atau simulasi interaktif dapat membantu siswa terlibat secara lebih aktif dalam proses pembelajaran. Ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih Peningkatan Efisiensi PembelajaranDari sisi Peningkatan Efisiensi Pembelajaran salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Individualisasi PembelajaranPembelajaran daring memungkinkan guru untuk memberikan pendekatan yang lebih individual kepada siswa. Dengan menggunakan platform pembelajaran yang memiliki fitur penyesuaian dan penilaian otomatis, guru dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tingkat pemahaman masing-masing siswa secara lebih memungkinkan penyampaian materi yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecepatan belajar setiap Umpan Balik dan Evaluasi yang CepatDalam pembelajaran daring, umpan balik dan evaluasi dapat diberikan dengan cepat. Siswa dapat menerima umpan balik langsung atas tugas atau pekerjaan mereka melalui platform ini memungkinkan mereka untuk memperbaiki pemahaman dan kinerja mereka secara lebih efisien, serta mempercepat proses Peningkatan Keterampilan TeknologiDari sisi Peningkatan Keterampilan Teknologi salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Penggunaan Teknologi yang RelevanPembelajaran daring memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan teknologi yang kritis dan relevan untuk masa menjadi terbiasa dengan penggunaan perangkat lunak pembelajaran, aplikasi, dan platform online yang dapat digunakan di berbagai bidang kehidupan mereka. Ini akan memberi mereka keunggulan kompetitif di dunia kerja yang semakin terhubung secara Pengembangan Literasi DigitalDalam pembelajaran daring, siswa juga belajar tentang literasi digital, yaitu kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan, dan berbagi informasi secara efektif melalui teknologi belajar untuk memahami hak dan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi serta keamanan cyber, menjadikan mereka pengguna yang cerdas dan bertanggung jawab dalam era digital Kolaborasi antara Guru dan SiswaDari sisi Kolaborasi antara Guru dan Siswa salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Dukungan Pembelajaran IndividualDalam pembelajaran daring, guru dapat memberikan dukungan individual kepada siswa melalui pesan pribadi, email, atau sesi konseling ini memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan dan perhatian khusus kepada siswa yang membutuhkannya, memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Penyampaian Materi yang Lebih VariatifDengan berbagai alat dan platform pembelajaran daring yang tersedia, guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan cara yang lebih variatif dan dapat menggunakan video, animasi, gambar, atau multimedia lainnya untuk menjelaskan konsep-konsep yang kompleks secara lebih visual dan interaktif. Hal ini membantu siswa untuk lebih memahami dan mengingat materi dengan lebih daring telah membawa banyak manfaat bagi dunia pendidikan. Dari fleksibilitas waktu dan tempat hingga peningkatan interaksi dan partisipasi, serta perkembangan keterampilan teknologi yang relevan, pembelajaran daring telah mengubah cara kita belajar dan era digital ini, kita dapat memanfaatkan potensi pembelajaran daring untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih inklusif, inovatif, dan adaptif bagi setiap dalam Pembelajaran DaringPembelajaran daring telah mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Di bawah ini, saya akan menjelaskan transformasi yang terjadi dalam pembelajaran daring dengan lebih Perubahan Paradigma PembelajaranDari sisi Perubahan Paradigma Pembelajaran salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Dari Pendekatan Pusat Guru ke Pusat SiswaDalam pembelajaran daring, peran guru berubah dari menjadi pusat pembelajaran menjadi fasilitator dan pemandu. Siswa memiliki akses langsung ke sumber daya pembelajaran dan memiliki kontrol lebih besar atas proses belajar mereka memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan, tetapi siswa memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dan membangun pengetahuan mereka Dari Pembelajaran Pasif ke Pembelajaran AktifDalam pembelajaran daring, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar. Mereka tidak hanya menerima informasi, tetapi juga berpartisipasi dalam diskusi, kolaborasi, dan proyek menjadi lebih interaktif dan menyenangkan, membantu siswa untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan yang lebih Penggunaan Teknologi yang DisruptifDari sisi Penggunaan Teknologi yang Disruptif salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Keterlibatan Teknologi InteraktifTeknologi interaktif seperti video, animasi, simulasi, dan permainan edukatif telah mengubah cara siswa belajar. Teknologi ini memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, memperkuat daya tarik siswa terhadap materi pembelajaran, serta meningkatkan pemahaman dan retensi Pembelajaran Berbasis DataDalam pembelajaran daring, data yang dihasilkan dari aktivitas siswa dapat digunakan untuk menginformasikan pengajaran yang lebih tersebut dapat memberikan wawasan tentang kemajuan siswa, kesulitan yang dihadapi, atau preferensi belajar mereka. Guru dapat menggunakan data ini untuk menyesuaikan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang sesuai kepada Pembelajaran Kolaboratif dan GlobalDari sisi Pembelajaran Kolaboratif dan Global salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikut1. Kolaborasi Antar SiswaPembelajaran daring memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam tim secara virtual. Mereka dapat berkolaborasi, berbagi ide, dan memecahkan masalah bersama melalui platform pembelajaran mengembangkan keterampilan kerja sama, komunikasi, dan kepemimpinan mereka, yang penting dalam dunia yang semakin Akses ke Pengetahuan GlobalDalam pembelajaran daring, siswa dapat terhubung dengan siswa dan guru dari berbagai negara di seluruh dunia. Mereka dapat berbagi pengalaman, belajar tentang budaya, dan memperluas wawasan mereka melalui kolaborasi lintas membuka peluang baru untuk belajar dari perspektif yang berbeda dan mempersiapkan siswa untuk beroperasi dalam masyarakat yang semakin daring telah mengalami transformasi yang luar biasa dalam pendekatan, teknologi, dan kolaborasi. Perubahan ini telah membuka pintu untuk pengalaman pembelajaran yang lebih inklusif, inovatif, dan relevan dengan tuntutan dalam pembelajaran daring telah membawa dampak yang signifikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di era Personalisasi PembelajaranDari sisi Personalisasi Pembelajaran salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Penyesuaian Kurikulum dan MateriDalam pembelajaran daring, guru memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan kurikulum dan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan minat individu analisis data dan pemantauan kemajuan siswa, guru dapat memberikan pengalaman belajar yang disesuaikan untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pembelajaran yang Penggunaan Algoritma dan Kecerdasan BuatanDengan adanya teknologi kecerdasan buatan, pembelajaran daring dapat menyediakan rekomendasi pembelajaran yang disesuaikan dengan preferensi dan tingkat pemahaman dapat menganalisis data dan memberikan rekomendasi tentang materi pembelajaran, latihan, atau sumber daya tambahan yang sesuai dengan kebutuhan Pemantauan dan Evaluasi yang Lebih EfektifDari sisi Pemantauan dan Evaluasi yang Lebih Efektif salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Pengumpulan Data dan Analisis Kemajuan SiswaDalam pembelajaran daring, data dapat dikumpulkan secara otomatis mengenai kemajuan siswa, keterlibatan, dan kinerja mereka. Guru dapat menggunakan data ini untuk memantau perkembangan siswa secara real-time, mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian khusus, dan memberikan intervensi yang tepat untuk mendukung kemajuan Penilaian Formatif dan Sumatif yang Lebih KomprehensifPembelajaran daring memungkinkan guru untuk menggunakan berbagai alat penilaian formatif dan sumatif yang beragam. Dengan adanya penilaian yang beragam, guru dapat mengukur pemahaman siswa dengan lebih komprehensif dan memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan daring telah melalui transformasi yang signifikan dalam pendekatan, teknologi, kolaborasi, dan personalisasi. Transformasi ini membuka pintu bagi pengalaman belajar yang lebih inklusif, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan siswa di era memanfaatkan potensi pembelajaran daring, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan penuh potensi setiap individu dan mempersiapkan mereka untuk masa depan yang semakin digital dan dalam Pembelajaran DaringMeskipun pembelajaran daring menawarkan banyak manfaat, namun juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Berikut ini adalah beberapa tantangan utama dalam pembelajaran daring1. Keterbatasan Akses dan InfrastrukturDari sisi Keterbatasan Akses dan Infrastruktur salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Akses Internet yang TerbatasSalah satu tantangan utama dalam pembelajaran daring adalah keterbatasan akses internet, terutama di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Siswa yang tidak memiliki akses internet yang stabil atau terjangkau mungkin kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring dengan Ketersediaan Perangkat yang TerbatasSelain akses internet, ketersediaan perangkat seperti laptop, tablet, atau smartphone juga menjadi tantangan. Banyak siswa yang tidak memiliki akses ke perangkat yang diperlukan untuk mengakses pembelajaran daring. Hal ini dapat menghambat partisipasi dan kesetaraan akses terhadap Kurangnya Interaksi Sosial dan KolaborasiDari sisi Kurangnya Interaksi Sosial dan Kolaborasi salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kurangnya Interaksi Tatap MukaPembelajaran daring seringkali mengurangi interaksi sosial dan pengalaman belajar tatap muka. Siswa mungkin merasa kurang terhubung secara emosional dengan guru dan rekan sekelas, yang dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan mereka dalam Tantangan dalam Kolaborasi TimKolaborasi dalam pembelajaran daring dapat menjadi lebih sulit karena keterbatasan komunikasi dan interaksi langsung. Siswa mungkin menghadapi kesulitan dalam berkoordinasi, berbagi ide, dan memecahkan masalah secara efektif dalam tim Kemandirian dan Disiplin DiriDari sisi Kemandirian dan Disiplin Diri salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kurangnya Pengawasan LangsungDalam pembelajaran daring, siswa perlu memiliki kemandirian yang lebih tinggi untuk mengatur waktu, mengatur diri, dan memotivasi diri pengawasan langsung dari guru di kelas, beberapa siswa mungkin kesulitan menjaga disiplin diri dan tetap fokus pada Kesulitan dalam Mengatur Waktu dan PrioritasPembelajaran daring membutuhkan siswa untuk mengatur waktu mereka dengan bijak dan mengelola tugas-tugas pembelajaran secara siswa mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur waktu dan memprioritaskan tugas-tugas pembelajaran, terutama ketika ada banyak gangguan di sekitar Tantangan Teknis dan TeknologiDari sisi Tantangan Teknis dan Teknologi salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kerentanan Jaringan dan Keamanan DataDalam pembelajaran daring, ada risiko keamanan data dan kerentanan jaringan. Pelanggaran keamanan dapat mengakibatkan pencurian data pribadi atau kebocoran informasi sensitif. Selain itu, gangguan jaringan atau masalah teknis lainnya dapat mengganggu kelancaran Keterbatasan Kemampuan TeknologiTidak semua guru atau siswa memiliki kemampuan teknologi yang sama. Beberapa mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakan platform pembelajaran daring atau memanfaatkan alat-alat teknologi dengan pembelajaran teknologi dapat menjadi tantangan, terutama bagi mereka yang kurang berpengalaman atau memiliki akses terbatas ke pelatihan Kesenjangan Belajar dan Kesetaraan AksesDari sisi Kesenjangan Belajar dan Kesetaraan Akses salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kesenjangan DigitalPembelajaran daring dapat memperburuk kesenjangan digital antara siswa yang memiliki akses teknologi dan koneksi internet yang memadai dengan siswa yang ini dapat mengakibatkan kesenjangan dalam kesempatan belajar dan prestasi akademik antara siswa-siswa Tantangan bagi Siswa dengan Kebutuhan KhususSiswa dengan kebutuhan khusus mungkin menghadapi tantangan tambahan dalam pembelajaran daring. Mereka memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih individual dan dukungan yang sesuai, yang dapat sulit dilakukan melalui pembelajaran tantangan-tantangan ini dalam pembelajaran daring memerlukan upaya kolaboratif dari para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, guru, dan orang perlu dilakukan untuk memastikan akses yang merata terhadap teknologi dan internet, memberikan pelatihan yang memadai kepada guru dan siswa, serta menciptakan lingkungan pembelajaran daring yang inklusif dan mengatasi tantangan ini, pembelajaran daring dapat menjadi sarana yang efektif dan inklusif dalam memajukan pendidikan di era Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran Daring1. Meningkatkan Akses dan InfrastrukturDari sisi Meningkatkan Akses dan Infrastruktur salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Memperluas Akses InternetPemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk memperluas akses internet di daerah terpencil atau pedesaan. Inisiatif seperti penyediaan hotspot publik atau program subsidi akses internet dapat membantu meningkatkan ketersediaan internet bagi Memprioritaskan Sumber Daya untuk PerangkatDalam menghadapi keterbatasan perangkat, lembaga pendidikan harus memprioritaskan alokasi sumber daya untuk memastikan setiap siswa memiliki akses ke perangkat yang diperlukan. Ini dapat melibatkan program pinjaman perangkat atau pendanaan untuk perangkat bagi siswa yang Meningkatkan Interaksi Sosial dan KolaborasiDari sisi Meningkatkan Interaksi Sosial dan Kolaborasi salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Mengintegrasikan Sesi Interaktif dalam Pembelajaran DaringGuru dapat mengatur sesi interaktif secara terjadwal, seperti diskusi kelompok atau presentasi siswa secara online. Ini membantu meningkatkan interaksi sosial dan kolaborasi antara siswa, meskipun melalui platform Mendorong Kolaborasi dan Diskusi di Luar KelasSelain interaksi dalam kelas, guru dapat mendorong siswa untuk berkolaborasi dan berdiskusi di luar lingkungan virtual. Ini dapat dilakukan melalui platform komunikasi online, forum diskusi, atau grup Membangun Kemandirian dan Disiplin DiriDari sisi Membangun Kemandirian dan Disiplin Diri salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Memberikan Panduan dan Dukungan yang JelasGuru perlu memberikan panduan yang jelas kepada siswa mengenai harapan, jadwal pembelajaran, dan cara mengatur waktu secara efektif. Dukungan dan pemantauan yang konsisten juga penting untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemandirian dan disiplin Membagikan Tips dan Strategi Manajemen WaktuGuru dapat membagikan tips dan strategi manajemen waktu kepada siswa, seperti membuat jadwal, menetapkan prioritas, dan mengurangi gangguan. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang penting dalam pembelajaran Mengatasi Tantangan Teknis dan TeknologiDari sisi Mengatasi Tantangan Teknis dan Teknologi salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Mengadakan Pelatihan TeknologiGuru perlu mendapatkan pelatihan teknologi yang memadai untuk menguasai platform pembelajaran daring dan alat-alat yang digunakan. Pelatihan ini juga dapat diperluas kepada siswa untuk membantu mereka dalam mengatasi tantangan Menyediakan Dukungan TeknisLembaga pendidikan dapat menyediakan tim dukungan teknis yang siap membantu guru dan siswa dalam mengatasi masalah teknis yang mungkin timbul. Ini dapat berupa akses ke layanan bantuan online, tutorial video, atau forum Mewujudkan Kesetaraan Akses dan Kesempatan BelajarDari sisi Mewujudkan Kesetaraan Akses dan Kesempatan Belajar salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Program Bantuan dan SubsidiPemerintah dan lembaga pendidikan dapat menginisiasi program bantuan dan subsidi untuk siswa yang kesulitan mengakses teknologi atau internet. Ini dapat meliputi program pemberian perangkat, subsidi biaya internet, atau program akses teknologi yang merata bagi semua Pengembangan Materi Pembelajaran yang InklusifPenting untuk mengembangkan materi pembelajaran yang dapat diakses oleh semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus. Hal ini mencakup penggunaan format yang dapat diakses, terjemahan, atau alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Melibatkan Peran Orang Tua dan WaliDari sisi Melibatkan Peran Orang Tua dan Wali salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Meningkatkan Komunikasi dengan Orang TuaGuru perlu menjalin komunikasi yang erat dengan orang tua atau wali siswa untuk memastikan mereka terlibat dalam proses pembelajaran termasuk memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran, memberikan dukungan teknis kepada orang tua, dan mendengarkan masukan Memberikan Panduan bagi Orang TuaGuru dapat memberikan panduan dan sumber daya kepada orang tua agar dapat mendukung pembelajaran daring siswa di rumah. Ini mencakup tips mengatur lingkungan belajar yang kondusif, membantu anak mengatur waktu, dan memberikan dukungan menerapkan strategi-strategi ini, tantangan dalam pembelajaran daring dapat diatasi dan manfaatnya dapat dioptimalkan. Penting untuk mengadopsi pendekatan kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, guru, siswa, dan orang tua dalam menghadapi tantangan menghadapi transformasi dan tantangan di era digital, pembelajaran daring dapat menjadi sarana yang efektif dan inklusif dalam mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi dunia yang semakin daring telah mengalami transformasi signifikan di era digital, membawa manfaat besar bagi pendidikan. Dengan kemampuan untuk mengakses materi pembelajaran secara fleksibel, berinteraksi dengan siswa dan guru dari jarak jauh, serta memanfaatkan teknologi canggih, pembelajaran daring telah mengubah cara kita belajar dan artikel ini, kami menjelaskan bahwa “daring adalah” sebuah konsep yang mengacu pada pembelajaran melalui platform digital dan penggunaan teknologi untuk tujuan pendidikan. Kami menjelaskan definisi dan konsep dasar dari pembelajaran daring serta sejarah kami menyoroti manfaat pembelajaran daring, termasuk akses yang lebih luas ke pendidikan, fleksibilitas waktu dan tempat, serta penggunaan teknologi yang juga membahas transformasi dalam pembelajaran daring, yang melibatkan pengembangan kurikulum yang responsif, penggunaan platform pembelajaran yang interaktif, dan integrasi berbagai sumber daya dalam menghadapi transformasi ini, kami juga mengakui tantangan yang perlu diatasi. Tantangan seperti keterbatasan akses dan infrastruktur, kurangnya interaksi sosial dan kolaborasi, kemandirian dan disiplin diri, serta tantangan teknis dan teknologi memerlukan solusi yang telah menyajikan strategi yang dapat membantu mengatasi tantangan-tantangan ini, termasuk meningkatkan akses dan infrastruktur, mendorong interaksi sosial dan kolaborasi, membangun kemandirian dan disiplin diri, mengatasi tantangan teknis dan teknologi, serta mewujudkan kesetaraan akses dan kesempatan menerapkan strategi-strategi ini dan melibatkan peran aktif dari pemerintah, lembaga pendidikan, guru, siswa, dan orang tua, kita dapat mengoptimalkan manfaat dari pembelajaran daring dan menghadapi tantangan yang daring memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan adaptif di era masyarakat yang terus berkembang dalam era digital, kita perlu mengadopsi pendekatan yang progresif dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi untuk adalah sarana yang memberikan peluang besar, namun juga menghadirkan tantangan. Dengan kerjasama dan upaya bersama, kita dapat memaksimalkan manfaat pembelajaran daring dan menciptakan pengalaman pendidikan yang berharga bagi semua artikel berjudul Daring Adalah Transformasi dan Tantangan di Era Digital, semoga bermanfaat.Erainilah yang disebut sebagai era digital atau era informasi. Era yang memunculkan pemuda enterpreuner seperti Nadiem Makarim, CEO Gojek, Ahmad Zaky, CEO Bukalapak, Abdul Wahab CEO Santri Online Tantangan Guru di Era Digital – Tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern sekarang, seorang tenaga pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi digital mengikuti perkembangan zaman. Penguasaan kompetensi di era sekarang tidak hanya menuntut guru untuk menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga menuntut guru untuk menguasai teknologi agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif dan efisien dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang sangat Guru di Era digitalDi era industri kita dihadapkan pada perkembangan zaman yang semakin canggih sehingga mengalami banyak perubahan termasuk dalam dunia zaman serba digital, peran guru sangat penting karena seorang guru merupakan ujung tombak atau pelaksana untuk mencerdaskan anak bangsa agar mampu menjawab tantangan hal ini, guru dihadapkan pada masalah digitalisasi yangmana tidak semua guru menguasai skill atau kemampuan teknologi. Guru dituntut bersikap professional untuk terus belajar agar dirinya mampu berkembang beradaptasi mengenai hal-hal baru untuk mengikuti perkembangan zaman guna menciptakan lulusan terbaik yang mempunyai skill digital yangmana sangat dibutuhkan di dunia kerja. Kompetensi yang harus dimiliki Guru di era digitalDi era digital terdapat 4 kompetensi guru yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar, yaituKompetensi pedagogik terkait dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru saat mengajar dan mengelola kepribadian terkait dengan pribadi seorang guru yang pantas untuk digugu dan sosial terkait dengan kemampuan guru dalam menjalin komunikasi dengan siswa, sesama guru, pemimpin dan staf sekolah, serta orang tua profesional adalah kemampuan guru terkait dengan bidang keilmuannya, seberapa jauh dia menguasai kemampuan yang harus dimiliki guru di era digitalMenjadi model belajarMenjadi guru professional diharapkan mampu menjadi model belajar terkait penggunaan media digital kepada siswa, seperti guru dapat mentransfer pengetahuan teknologi dan guru juga dapat mencontohkan penggunaan tools-tools digital untuk mendorong kreativitas pembelajaranDahulu, siswa sekolah hanya menggunakan media papan tulis, bahan ajar berupa buku dan berbagai media lain secara sederhana. Namun, di era digital guru dapat melakukan berbagai macam inovasi pembelajaran untuk menunjang pembelajaran. Inovasi pembelajaran sangat bermanfaat agar siswa tidak mudah jenuh saat proses belajar satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah membuat tampilan power point yang menarik. Guru tidak harus menggunakan papan tulis untuk mengajar tetapi juga bisa melalui tampilan power point yang di desain dengan semenarik mungkin sehingga dapat menarik perhatian siswa dan pembelajaran terasa lebih / kompetensi penunjangSeorang guru dalam mengajar tentunya sudah dibekali dengan skill akademik berupa materi pelajaran. Tetapi, di era digital guru membutuhkan skill yang lain untuk membantu pekerjaan, seperti kemampuan membuat video, editing, menulis, dan masih banyak lagi skill yang harus dikuasai menggunakan internet dalam konteks pendidikanSaat ini, media internet tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar siswa karena penggunaan informasi banyak tersedia melalui internet dan dapat diakses dengan mudah dimana saja dan kapan informasi terkait tantangan guru di era digital yangmana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan diharapkan setiap sekolah dapat mencetak lulusan yang paham akan teknologi agar siswa mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang semakin ketat. [Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]Dapatkan informasi guru terupdate dengan join channel telegram Siti Mahsunah TantanganGuru dan Masalah Sosial Di Era Digital Abdul Latif Abstract Peran guru dalam pembelajaran era digital ada tujuh yakni: (a) guru sebagai sumber belajar; peran guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran. › Pembelajaran di era digital tidak hanya bertujuan agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran tetapi juga menyiapkan siswa menghadapi zamannya, abad ke-21. Guru harus disiapkan untuk memenuhi tuntutan itu. MELATI MEWANGI UNTUK KOMPAS Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Kolese Gonzaga, R Himawan Santanu, saat menunjukkan teknologi digital dalam situs laman sekolah yang bisa diakses para siswa dan guru, Selasa 9/10/2018, di KOMPAS — Pembelajaran pada era digital bukan hanya bagaimana guru menguasai teknologi digital untuk pembelajaran. Lebih dari itu, guru bagaimana menyiapkan siswa memenuhi tuntutan zamannya. Ini menjadi tantangan bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan untuk menyiapkan calon guru yang bisa menjawab kebutuhan Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK dituntut menyiapkan calon guru yang tidak hanya mampu membelajarkan siswa untuk menguasai materi, tetapi juga mampu menyiapkan siswa untuk menguasai kecakapan abad ke-21. Karena itu, dibutuhkan desain pendidikan guru yang bisa menjawab perkembangan dan tuntutan tersebut. Ini tantangan besar pendidikan guru ke depan, bagaimana menyiapkan guru untuk mengembangkan soft skill siswa. Uwes Anies Chaeruman”Ini tantangan besar pendidikan guru ke depan, bagaimana menyiapkan guru untuk mengembangkan soft skill siswa,” kata Uwes Anies Chaeruman, dosen Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ dalam diskusi daring yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta, Rabu 24/2/2021.Uwes mengatakan, paling tidak ada 10 kecakapan abad ke-21. Ini mulai dari kemampuan pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran kritis, kreatif, kemampuan manajerial, kolaborasi, kecerdasan emosional, fleksibilitas kognitif, kemampuan negosiasi, berorientasi pada pelayanan, hingga kemampuan pengambilan tuntutan-tuntutan tersebut, kata Uwes, guru tidak cukup menguasai pengetahuan pedagogik dan pengetahuan konten, tetapi juga pengetahuan teknologi. Namun, yang paling penting, bagaimana guru mengombinasikan dan menerapkan ketiga pengetahuan itu secara holistik dalam pembelajaran. Ini tantangan untuk desain ulang pendidikan juga Menyiapkan Generasi Muda untuk Masa DepanMenyiapkan guru pada era digital, menurut Prof Tian Belawati dari Universitas Terbuka, yang pertama kali perlu diketahui LPTK bukan apa yang harus diajarkan guru, melainkan siapa yang akan diajar oleh guru. Lulusan LPTK saat ini akan mengajar generasi Alpha, Beta, dan sebagainya atau anak-anak yang lahir setelah 2010.”Mereka yang lahir setelah tahun 2010 adalah generasi yang perkembangan keterampilannya dibentuk dari segala sesuatu yang sifatnya digital. Mereka yang begitu lahir kenal smartphone telepon pintar dan ipad papan sabak digital,” kata Karakteristik generasi Alpha. Sumber paparan Prof Tian Belawati dari Universitas Terbuka dalam diskusi daring yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta, Rabu 24/2/2021.Karakterisktik digitalMendidik generasi Alpha, kata Tian, harus memperhatikan karakterisktik mereka yang lahir dan besar pada era digital. Mereka menggunakan teknologi bukan hanya sebagai alat, melainkan bagian dari kehidupan mereka, termasuk cara belajar dan cara mendemonstrasikan hasil belajar.”Mereka juga mengharapkan pembelajaran yang sangat personalisasi. Belajar ini untuk apa. Mereka senang belajar, tetapi mengharapkan pengalaman langsung, bukan pembelajaran di kelas yang berpusat pada guru dan materi yang dipelajari,” kata itu, mendidik generasi Alpha membutuhkan strategi pembelajaran baru yang memicu pembelajaran mendalam. Selain itu juga pembelajaran yang memacu cara berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah, fleksibel, serta penggunaan teknologi digital dan visual yang bisa memacu imajinasi tersebut, kata Tian, akan berimplikasi pada kompetensi guru yang harus dikembangkan dan bagaimana pendidikan guru dikembangkan di LPTK. Calon guru harus disiapkan untuk memahami konsep pembelajaran di era digital, serta terampil membangkitkan pembelajaran mendalam untuk memicu pemikiran kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah pada senada dikatakan Agus Putranto, Direktur Binus Online Learning. Dia mengatakan, penguasaan teknologi saja tidak cukup bagi guru untuk melakukan pembelajaran daring. Guru harus menguasai metode pembelajaran daring agar proses pembelajaran menarik dan menguasai pembelajaran di era digital, kata Uwes, calon guru membutuhkan pengalaman. Ini dapat dilakukan dengan sejak dini menerjunkan mereka dalam praktik nyata di sekolah-sekolah yang menjadi mitra juga Memetakan Kualitas Pendidikan”LPTK dan PPG Pendidikan Profesi Guru juga harus memiliki contoh-contoh praktik pembelajaran yang baik di setiap matapelajaran. Ini PR besar bagi LPTK dan PPK,” kata output atau hasil pendidikan, menurut Uwes, desain baru pendidikan guru juga harus memperhatikan input atau calon mahasiswa. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan guru profesional, karena itu calon yang direkrut pun harus calon terbaik dan dosen atau instrukturnya pun yang terbaik pula. EditorAloysius Budi Kurniawan
- Ոδυ рятр
- ዳжуզիբሕкл узуֆиյу ሜπαስо дафе
- Αቦуቶυжጥмու дሠμуյил օдոճጶ е
- Сαζጶնыф ደоη
- ቸаቪуզυሩ эጂужι
- Лериբև удէлէх
- Епсጁ ичኂվኃβ оβոхሬπαክ
TantanganPendidikan di Era Digital Tantangan Pendidikan di Era Digital Dengan bimbingan dan pengawasan yang baik, teknologi sangat membantu dalam membuka wawasan dan cakrawala anak-anak menjadi lebih luas, kreatif, dan inovatif. Gerusan zaman di era milenial bukanlah hambatan dalam mendidik generasi penerus bangsa.KEBERHASILAN pendidikan siswa tidak lepas dari kemampuan guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi dan pesatnya era digital menuntut kompetensi guru selalu update menjawab tantangan perkembangan teknologi. Hal itu sesuai dengan amanat UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Tantangan guru dalam pembelajaran era digital membutuhkan orientasi baru dalam pendidikan. Pendidikan yang menekankan pada kreativitas, inisiatif, dan inovatif. Di sisi lain masih banyak guru 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk digital kontemporer. Akibatnya, sedikit banyak para murid mempunyai pandangan berbeda dengan guru. Pertumbuhan dan perkembangan era digital ini melahirkan pandangan baru pada semua bidang kehidupan manusia, baik sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sehingga menuntut guru sebagai agent of change terhadap siswa mempunyai peran penting agar tidak ada murid yang terisolasi dalam informasi. Menjadi guru era 80-an berbeda dengan era digital. Karisma guru tidak lagi menjadi prioritas utama, akan tetapi harus dipadukan dengan kemampuan nyata saat ini. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu tonggak utama dalam perkembangan sebuah bangsa. Melalui pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang mampu berdaya saing. Salah satu elemen penting dalam pendidikan adalah ketersediaan tenaga guru yang kompeten dan profesionalitas dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Kompetensi Guru PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 disebutkan, ”pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompentensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara profesional dan bertanggung jawab. Menurut UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Permendiknas 16/2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama. Yaitu, kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Keempat bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri-sendiri. Melainkan saling berhubungan dan saling memengaruhi dan mempunyai hubungan hierarkis. Sertifikasi Guru Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan Depdiknas, 20081. Menurut Puguh, peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru SMK dapat dilakukan dengan beberapa cara. Antara lain, studi lanjut program strata 2, kursus dan pelatihan, pemanfaatan jurnal, seminar, kerja sama antara lembaga profesi, dan lain lain. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pemerintah berkewajiban memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Demikian juga warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus pasal 5 ayat 2, 3, dan 4. Peranguru dalam pembelajaran. Agar dapat memberikan pembelajaran yang maksimal kepada para peserta didik. Berikut inilah tantangan guru di era digital yang harus dihadapi dan bagaimana strategi menghadapinya. 1. Mengajarkan konsep abstrak dengan cara sederhana. Di era pendidikan 4.0, peran guru dalam pembelajaran bukan lagi dituntut mengajar The impact of globalization can be seen by the existence of technology and fast-use information which the majority have been enjoyed by every level of society. The existence of technology and information has now begun to be used to support the process of providing education. In order for these activities to be carried out optimally, it needs to be supported by the professional skills of each educational actor in the school. The purpose of this study is to determine the role and challenges of educators in the digital era. The method used in this article is a qualitative approach in the form of a librarian study. This article discusses the role of educators in the digital era. The way educators teach has changed due to technology in the digital age. The role of the teacher has also expanded beyond being a teacher who is also a facilitator of learning that encourages learners to develop skills in critical thinking, creative thinking, and working in teams. This article also discusses the difficulties or challenges experienced by educators in facing the digital era. And also discussed the efforts that will be made to reduce the difficulties or challenges of educators in learning in the digital Digital Era, Roles and Challenges, EducatorsAbstrak Dampak globalisasi dapat diketahui dengan adanya teknologi dan informasi cepat guna yang mayoritas sudah dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat. Keberadaan teknologi dan informasi kini sudah mulai digunakan untuk menunjang proses penyelenggaraan pendidikan. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal perlu didukung oleh keterampilan profesional dari setiap pelaku pendidikan yang ada di sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan juga tantangan para tenaga pendidik di era digital. Metode yang dipakai dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif berupa studi kepustakaaan. Artikel ini membahas peran tenaga pendidik di era digital. Cara tenaga pendidik dalam mengajar telah berubah akibat teknologi di era digital. Peran guru juga telah berkembang melampaui seorang guru yakni juga menjadi fasilitator pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam berpikir kritis, berpikir kreatif, dan bekerja dalam tim. Artikel ini juga membahas tentang kesulitan-kesulitan atau tantangan yang dialami para tenaga pendidik dalam menghadapi era digital. Serta juga membahas tentang upaya upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan atau tantangan para tenaga pendidik dalam pembelajaran di era kunci Era Digital, Peran dan Tantangan, Tenaga Pendidik Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Proceedings Series of Educational Studies Prosiding Seminar Nasional “Peran Manajemen Pendidikan Untuk Menyiapkan Sekolah Unggul Era Learning Society Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. Peran dan Tantangan Tenaga Pendidik dalam Pembelajaran di Era Digital Tri Bintang Indiarto Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia * Abstract The impact of globalization can be seen by the existence of technology and fast-use information which the majority have been enjoyed by every level of society. The existence of technology and information has now begun to be used to support the process of providing education. In order for these activities to be carried out optimally, it needs to be supported by the professional skills of each educational actor in the school. The purpose of this study is to determine the role and challenges of educators in the digital era. The method used in this article is a qualitative approach in the form of a librarian study. This article discusses the role of educators in the digital era. The way educators teach has changed due to technology in the digital age. The role of the teacher has also expanded beyond being a teacher who is also a facilitator of learning that encourages learners to develop skills in critical thinking, creative thinking, and working in teams. This article also discusses the difficulties or challenges experienced by educators in facing the digital era. And also discussed the efforts that will be made to reduce the difficulties or challenges of educators in learning in the digital era. Keywords Digital Era, Roles and Challenges, Educators Abstrak Dampak globalisasi dapat diketahui dengan adanya teknologi dan informasi cepat guna yang mayoritas sudah dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat. Keberadaan teknologi dan informasi kini sudah mulai digunakan untuk menunjang proses penyelenggaraan pendidikan. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal perlu didukung oleh keterampilan profesional dari setiap pelaku pendidikan yang ada di sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan juga tantangan para tenaga pendidik di era digital. Metode yang dipakai dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif berupa studi kepustakaaan. Artikel ini membahas peran tenaga pendidik di era digital. Cara tenaga pendidik dalam mengajar telah berubah akibat teknologi di era digital. Peran guru juga telah berkembang melampaui seorang guru yakni juga menjadi fasilitator pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam berpikir kritis, berpikir kreatif, dan bekerja dalam tim. Artikel ini juga membahas tentang kesulitan-kesulitan atau tantangan yang dialami para tenaga pendidik dalam menghadapi era digital. Serta juga membahas tentang upaya upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan atau tantangan para tenaga pendidik dalam pembelajaran di era digital. Kata kunci Era Digital, Peran dan Tantangan, Tenaga Pendidik Teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan zaman, akibatnya interaksi dan penyampaian informasi dapat berlangsung dengan sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman yang kian cepat membuat persaingan terjadi diantara negara yang mengakibatkan sebuah negara harus meningkatkan Proceedings Series of Educational Studies 414 sumber daya manusia yang mereka miliki, salah satu caranya yaitu dengan memberikan pendidikan yang berkuailtas. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan suatu bangsa. Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh pengetahuan dn kemampuan yang diperlukan menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan memainkan peran penting dalam pertumbuhan manusia dan masyarakat. Tuntutan akan pendidikan berkualitas tinggi meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi. Di era digital, pendidik memainkan peran penting dalam memastikan keberhasilan pendidikan berkualitas tinggi. Serta dalam pembelajarannya pendidik memainkan peran yang tidak kalah penting juga, yakni memberikan metode pembelajaran yang beragam dan tidak monoton agar peserta didik tidak cepat bosan dalam menerima materi. Untuk itu, keberhasilan dalam mencapai pendidikan berkualitas sangat bergantung pada keterampilan dan profesionalisme para pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan adanya tenaga SDM yang terampil dan profesional di bidangnya, sangat mungkin tercipta pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang berkualitas ini akan tercermin dalam pribadi peserta didik yang berkualitas, dengan perubahan sikap, perilaku, tutur kata, dan tindakan yang positif, beradab, dan berbudaya. Peran guru sebagai perancang masa depan suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari pembahasan pendidikan. Bangsa yang maju tidak akan bisa eksis tanpa sistem pendidikan yang berkualitas. Kunci suatu bangsa adalah pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas Mansir, 2020. Guru di Indonesia harus menunjukkan profesionalisme dan karakter positif yang kuat. Selain itu, mereka juga memiliki intelektual yang mumpuni. Ketika pemerintah memutuskan bahwa seorang guru harus memiliki sertifikasi sebagai bukti kualifikasi dan kepatuhannya terhadap undang-undang, hal ini sejalan dengan hal tersebut. profesional terdidik yang siap untuk mengajar. Cara guru dalam mengajar telah berubah akibat teknologi di era digital. Selain mengajar, pendidik memfasilitasi pembelajaran dengan mendorong siswa untuk memperoleh keterampilan kritis, kreatif, dan kolaboratif. Namun, kesulitannya juga menjadi lebih sulit. Guru harus mampu mengelola informasi yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan menggabungkan teknologi ke dalam kelas. Dalam pembelajaran di era digital, para tenaga pendidik harus mampu memasukkan unsur teknologi kedalam proses pembelajaran meeka. Agar proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Selain itu, manfaatnya bagi para peserta didik adalah peserta didik menjadi terbiasa dengan teknologi sedari muda, jika para tenaga pendidik sudah memasukan unsur teknologi kedalam proses pembelajaran. Selain memiliki manfaat terhadap peserta didik, terdapat juga manfaat jika memasukan unsur teknologi kedalam proses pembelajaran terhadap tenaga pendidik yakni tenga pendidik akan melek terhadap teknologi, tenaga pendidik juga akan terus belajar mengenai teknologi dan juga tenaga pendidik akan mempunyai waktu yang lebih efektif dan efisien dalam menyusun materi pembelajaran. Tenaga pendidik juga perlu mampu mengembangkan keterampilan digital yang memadai, baik dalam hal literasi digital, literasi media, hingga keterampilan teknologi yang lebih canggih. Literasi digital menjadi keterampilan dasar yang sangat penting untuk dikuasai dalam era digital ini. Hal ini mencakup kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan Proceedings Series of Educational Studies 415 menggunakan informasi secara efektif dari berbagai sumber digital. Selain itu, keterampilan teknologi yang lebih canggih seperti coding, design thinking, dan keterampilan analisis data juga menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam era digital ini. Pembelajaran di era digital sudah tidak terbatas dengan kelas dan juga buku buku fisik. Dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan cepat dan tidak terbendung. Guru dalam era digital harus menerapkan konsep yang memperlakukan siswa dapat belajar dimana saja, kapan saja, dari siapa saja, dan dari sumber mana saja. Akan tetapi tenaga pendidik juag harus mengecek ulang sumber sumber yang menjadi sumber belajar peserta didik. Untuk memenuhi tuntutan pembelajaran di era digital, seorang pendidik harus menguasai teknologi dengan baik. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan kemampuan teknis dalam menggunakan perangkat dan aplikasi digital, tetapi juga memahami bagaimana teknologi dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidik yang paham teknologi juga dapat menggunakan data yang dihasilkan teknologi untuk melacak kemajuan siswa dan menyesuaikan instruksi untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa. Seorang pendidik dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efisien dan efektif untuk setiap siswa dengan memanfaatkan data yang sesuai. Namun, penting untuk diingat bahwa menjadi ahli dalam teknologi bukanlah tujuan akhir seorang pendidik. Teknologi hanyalah alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang pendidik juga harus terus membina kemampuan dan kemampuan yang diharapkan menjadi pendidik yang berkualitas, misalnya kemampuan menyampaikan dengan baik, mendorong peserta didik, dan membina program pendidikan yang sesuai. Artikel ini dalam metodenya menggunakan metode penelitian kualitatif berupa studi pustaka. Studi Pustaka dilakukan dengan menggunakan literatur review. Literatur review merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan mempelajari berbagai kajian kepustakaan yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara mencari referensi teori kepustakaan yang relefan dengan topik dan permasalahan. Literatur review dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber berupa jurnal, artikel, buku, dan internet. Referensi teori kepustakaan yang diperoleh dari penelitian studi literatur tersebut dijadikan bahan utama pembahasan dalam penelitian. Hasil Peran guru dalam pendidikan dan pembelajaran adalah guru akan menjadi teladan bagi siswa, guru juga menjadi fasilitator, inspirator, motivator, imajinasi, kreativitas dan bekerja sama. Selain terdapat peran, tenaga pendidik juga mempunyai tantangan dalam pembelajaran di era digital, menurut Syamsuar dan Reflianto 2018 yaitu, anak dididik dan dilatih dengan cara bekerja sambil belajar, pelajaran tidak hanya diberikan pada jam pelajaran saja, tetapi Proceedings Series of Educational Studies 416 juga dalam setiap kesempatan di luar jam sekolah. Selain itu, terdapat tantangan atau kesulitan yang dialami oleh tenaga pendidik di era digital bahwa guru sampai sekarang masih banyak yang memakai produk 80-an, sementara peserta didiknya sudah memakai produk kontemporer. Yang mengakibatkan banyak ketidakcocokan antara guru dan murid. Selainitu, terdapat upaya lain, yakni Pengembangan dan pelatihan keterampilan digital, Teknologi dan infrastruktur yang memadai, Pengembangan kurikulum yang responsif, Terbentuknya komunitas pembelajar, Meningkatkan literasi media dan digital, Pendekatan baru untuk pendidikan sedang dikembangkan. Pembahasan Peran Tenaga pendidik Guru akan menjadi teladan bagi siswa Selain mengajar dan memberikan pengetahuan kepada siswa, seorang guru juga berperan sebagai teladan bagi siswa dan memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang guru harus mampu menginspirasi siswa untuk bertindak secara positif dan menjadi teladan yang positif. Seorang guru dapat berperan sebagai model bagi siswanya dalam beberapa cara, antara lain a. Menunjukkan sikap positif Dalam keadaan apapun, seorang guru harus selalu menjaga sikap positif. Siswa dapat termotivasi dan terinspirasi untuk berpikir positif tentang kehidupan mereka dengan sikap ceria guru. b. Komunikasi yang baik Seorang guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dan menginstruksikan siswa dalam melakukannya. Agar siswa merasa dihargai dan diakui, guru juga harus selalu mendengarkan dan memahami pendapat mereka. c. Bersikap profesional setiap saat Seorang guru harus bertindak dan berbicara dengan profesionalisme setiap saat, termasuk dalam berpakaian. Siswa dapat belajar untuk menghargai pekerjaan mereka sebagai pendidik dan mengadopsi sikap profesional melalui ini. d. menunjukkan pengabdian Ketika mengajar dan mengarahkan siswa, seorang guru harus menunjukkan dedikasi dan ketekunan. Siswa dapat belajar dari guru yang berdedikasi betapa pentingnya kerja keras dan ketekunan untuk sukses. Guru menjadi Fasilitator Sebagai fasilitator, seorang guru harus dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan belajarnya. Siswa harus dapat belajar dan tumbuh dalam lingkungan yang nyaman dan aman bagi guru untuk menjadi efektif. Selain itu, seorang guru yang baik harus mampu mengenali potensi siswa serta kebutuhan mereka dan memberikan bantuan yang diperlukan. Proceedings Series of Educational Studies 417 Guru menjadi Motivator Sebagai motivator, seorang guru harus mampu menginspirasi siswa untuk belajar dan berhasil. Siswa harus termotivasi dan didukung oleh guru untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan mereka. Guru yang baik juga harus mampu mendorong rasa percaya diri siswa dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Guru menjadi Imajinasi Seorang pendidik sebagai pemikir kreatif harus dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pikiran kreatifnya dan mengembangkan daya ciptanya. Pendidik harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan menyegarkan pikiran siswa untuk membuat sesuatu yang baru dan inovatif. Guru menjadi Kreativitas Seorang pendidik yang kreatif harus mampu menumbuhkan kreativitas siswa dan memberi mereka kesempatan untuk menyelidiki dan mengkomunikasikan ide-ide mereka. Kegiatan dan proyek yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan keterampilan kreatif mereka harus dirancang oleh guru. Guru akan Bekerja sama Sebagai anggota tim, seorang guru harus dapat berkolaborasi secara erat dengan guru lain dan staf sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang efisien dan efektif. Instruktur harus dapat bekerja sama dengan mitranya untuk membangun program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan mendorong pencapaian siswa. Untuk menjalankan peran-peran diatas seorang tenaga pendidik harus memiliki beberapa kompetensi atau krietia yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik pada era digital, menurut Nuryani dan Handayani 2020 kriteria atau kompetensinya yaitu a. Critical Thinking and Problem solving keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah Yaitu kemampuan untuk memahami masalah yang kompleks, menghubungkan informasi yang berbeda, dan pada akhirnya menghasilkan berbagai perspektif dan solusi untuk suatu masalah. Kapasitas untuk bernalar, memahami, dan membuat keputusan sulit adalah apa yang dimaksud dengan kompetensi ini; memahami bagaimana sistem, kompilasi, pengungkapan, pemecahan masalah, dan analisis terhubung. Hal ini sangat penting bagi siswa untuk belajar di era digital. b. Communication and collaborative skill keterampilan komunikasi dan kolaborasi Adalah keterampilan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang harus digunakan guru untuk membangun keterampilan komunikasi seperti kolaborasi dan kompetensi. Proceedings Series of Educational Studies 418 c. Creativity and innovative skill kterampilan berpikir kreatif dan inovasi Tentunya agar seorang guru dapat menularkannya kepada anak didiknya terlebih dahulu harus kreatif dan inovatif. d. Information and communication technology literacy Literasi teknologi informasi dan kominikasi Di era digital, guru harus melek teknologi informasi dan komunikasi TIK agar tidak tertinggal dari siswanya. Agar pendidik dapat menghasilkan peserta didik yang siap bersaing maka perlu menguasai literasi teknologi informasi dan komunikasi. e. Contextual learning skill Pembelajaran ini yang sangat sesuai diterapkan oleh guru, ketika guru sudah menguasai TIK, maka pembelajaran kontekstual lebih mudah diterapkan. Saat ini TIK salah satu konsep kontekstual yang harus diketahui oleh guru, materi pembelajaran berbasis TIK sehingga guru sangat tidak siap jika tidak memiliki literasi TIK. Materi yang bersifat abstrak mampu disajikan lebih riil dan kontekstual menggunakan TIK. f. Information and media literacy literasi informasi dan media Banyak media informasi bersifat sosial yang digeluti peserta didik. Media sosial seolah menjadi. Untuk melihat apakah seorang guru atau tenaga pendidik mempunyai kriteria atau kompetensi diatas maka diadakan seleksi. Dalam penyeleksian tenaga pendidik segala yang berkaitan dengan si calon guru atau tenaga pendidik harus dihilangkan, seperti hubungan darah, hubungan pertemanan, hubungan asmara. Karena jika tidak dihilangkan akan membuat proses penyeleksian tidak efektif dan menyebabkan kriteria atau kompetensi diatas tidak terlihat oleh penyeleksi. Tantangan tenaga pendidik a. Anak dididik dan dilatih dengan cara bekerja sambil belajar Metode "bekerja sambil belajar" atau "learning by doing" merujuk pada pendekatan belajar di mana anak didik diberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman praktis di tempat kerja atau dalam situasi yang relevan dengan pekerjaan atau karir yang diinginkannya. Pendekatan ini biasanya dilakukan dalam bentuk magang atau program pelatihan yang menggabungkan pembelajaran di kelas dengan pelatihan praktis di tempat kerja. pendekatan bekerja sambil belajar memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah bahwa mungkin sulit bagi anak didik untuk menyeimbangkan antara tugas kerja dan tugas belajar mereka. Selain itu, program pelatihan bekerja sambil belajar mungkin tidak tersedia di semua industri atau bidang pekerjaan, dan biayanya mungkin lebih tinggi daripada program pelatihan tradisional. b. Pelajaran tidak hanya diberikan pada jam pelajaran saja, tetapi juga dalam setiap kesempatan di luar jam sekolah. Mengacu pada gagasan bahwa pembelajaran tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu, melainkan dapat terjadi di setiap saat dan di mana saja. Dalam rangka untuk Proceedings Series of Educational Studies 419 memaksimalkan pembelajaran di luar jam pelajaran, peran guru, sangat penting. guru dapat membantu siswa menemukan kesempatan pembelajaran yang berharga dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu mereka memperoleh pengalaman yang bermanfaat. Sementara itu guru tidak selalu bersama peserta didik selama pembelajaran diluar jam pelajaran, itulah yang menyebabkan ia berada di tantangan tenaga pendidik. c. Guru sampai sekarang masih banyak yang memakai produk 80-an, sementara peserta didiknya sudah memakai produk kontemporer. Yang mengakibatkan banyak ketidakcocokan antara guru dan murid. Fenomena di mana guru masih menggunakan produk atau teknologi dari era 80-an sedangkan peserta didiknya sudah beralih ke produk kontemporer adalah masalah yang umum terjadi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakcocokan antara guru dan murid dalam hal penggunaan teknologi dan dapat menghambat proses pembelajaran. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab dari fenomena ini adalah kurangnya aksesibilitas dan dukungan untuk penggunaan teknologi baru di kalangan guru, ketidakpahaman mengenai manfaat dari teknologi terbaru, dan kurangnya pelatihan atau pendidikan tentang teknologi terbaru untuk guru. Kurangnya aksesibilitas dan dukungan untuk penggunaan teknologi baru dapat terjadi karena biaya untuk membeli atau mengakses teknologi baru masih terlalu mahal atau karena sekolah belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung penggunaan teknologi terbaru. Ketidakpahaman mengenai manfaat dari teknologi terbaru juga dapat menjadi masalah. Beberapa guru mungkin merasa bahwa teknologi lama masih cukup efektif dalam membantu proses pembelajaran dan mungkin tidak menyadari manfaat dari teknologi terbaru untuk membantu siswa mencapai hasil yang lebih baik. Kurangnya pelatihan atau pendidikan tentang teknologi terbaru untuk guru juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi fenomena ini. Beberapa guru mungkin tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang teknologi terbaru atau mungkin tidak merasa nyaman menggunakan teknologi baru karena kurangnya pelatihan dan dukungan. Selain tantangan diatas, ada beberapa tantangan guru atau tenaga pendidik dalam pembelajaran di era digital, yaitu a. Tantangan teknis Tenaga pendidik harus memahami dan menguasai teknologi yang digunakan dalam pembelajaran, seperti platform pembelajaran online, aplikasi pembelajaran, dan perangkat keras yang diperlukan. Selain itu, mereka juga harus mampu mengatasi masalah teknis yang muncul selama proses pembelajaran. b. Tantangan kurikulum Perubahan teknologi yang terus menerus dapat membuat kurikulum yang telah ditentukan menjadi tidak relevan atau kurang efektif. Tenaga pendidik harus dapat memperbarui kurikulum mereka secara teratur untuk memastikan bahwa materi yang diajarkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru dan memenuhi kebutuhan siswa. c. Tantangan pengajaran Proceedings Series of Educational Studies 420 Tenaga pendidik harus menyesuaikan metode pengajaran mereka dengan teknologi yang digunakan, dan harus dapat menyediakan pengalaman belajar yang menarik dan interaktif untuk siswa. Mereka juga harus dapat memfasilitasi kolaborasi dan interaksi antara siswa dan menilai keterlibatan siswa dalam pembelajaran. d. Tantangan penilaian Dalam era digital, penilaian siswa dapat dilakukan secara online dengan menggunakan perangkat lunak khusus. Namun, tenaga pendidik harus memastikan bahwa penilaian tersebut adil dan akurat dan bahwa nilai yang diberikan mencerminkan kemampuan dan prestasi siswa. e. Tantangan keterbatasan akses Meskipun teknologi dapat meningkatkan akses ke sumber daya pembelajaran yang lebih banyak, namun tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi yang diperlukan. Tenaga pendidik harus dapat memastikan bahwa siswa yang memiliki keterbatasan akses tetap dapat mengakses materi pembelajaran dan memiliki pengalaman pembelajaran yang sebanding dengan siswa lainnya Upaya Ada beberapa upaya yang dilakukan tenaga pendidik dalam mengatasi tantangan pembelajaran di era digital. Adapun menurut Diplan dalam Fatah dan Amirudin 2022 adalah a. Guru tidak boleh gagap teknologi, komputer dan gawai harus menjadi keseharian bagi guru. Dalam era digital saat ini, guru tidak boleh gagap teknologi karena teknologi telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan. Sebagai pengajar, guru harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkannya sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Komputer dan gadget gawai adalah alat teknologi yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan memanfaatkan komputer dan gawai, guru dapat memperkaya materi pelajaran dengan sumber daya digital yang lebih bervariasi dan interaktif, termasuk presentasi multimedia, video, animasi, aplikasi pembelajaran, dan platform pembelajaran online. Selain itu, penggunaan komputer dan gawai juga dapat membantu guru dalam mengelola tugas administratif seperti membuat jadwal, mengevaluasi kinerja siswa, dan mengirim laporan ke orang tua. Dengan demikian, guru dapat mengoptimalkan waktu dan fokus pada tugas-tugas yang lebih penting seperti mengajar dan membimbing siswa. Namun, untuk dapat memanfaatkan teknologi dengan baik, guru harus terampil dan terbiasa menggunakan komputer dan gawai dalam kegiatan sehari-hari. Guru harus menguasai teknologi dan memahami cara kerjanya agar dapat menggunakannya secara efektif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan keterampilan dan kemampuan dalam penggunaan teknologi dan terus memperbarui pengetahuannya tentang teknologi terbaru. Proceedings Series of Educational Studies 421 Keterampilan teknologi yang dimiliki oleh guru juga akan membantu siswa dalam belajar dan mempersiapkan mereka untuk hidup di era digital yang semakin maju. Siswa dapat belajar tentang teknologi dan memahami cara menggunakannya dengan benar dan efektif melalui contoh dan bimbingan dari guru mereka. b. Memahami kecenderungan yang terjadi terkait perubahan teknologi. adalah hal yang sangat penting dalam memastikan keberhasilan pembelajaran. Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita belajar dan mengajar, dan tenaga pendidik harus dapat mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkannya dengan baik untuk mengatasi tantangan pembelajaran yang muncul. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh tenaga pendidik dalam era digital adalah bagaimana mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat dan aplikasi teknologi seperti e-learning, virtual classroom, dan media sosial untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif dan partisipatif. Selain itu, tenaga pendidik juga harus mampu mengatasi masalah seperti kurangnya akses ke teknologi dan kecenderungan siswa untuk terlalu bergantung pada teknologi. Mereka harus memastikan bahwa teknologi digunakan secara efektif dan efisien, dan memberikan panduan dan dukungan yang tepat kepada siswa dalam penggunaan teknologi. Tenaga pendidik juga harus mempertimbangkan cara-cara baru untuk mengukur kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang efektif dalam era digital. Mereka harus memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan metode evaluasi yang lebih interaktif dan partisipatif, seperti penggunaan game atau aplikasi mobile untuk mengukur kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang tepat. Selain itu, tenaga pendidik juga harus memastikan bahwa mereka terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam bidang teknologi dan pendidikan. Mereka harus terus mempelajari teknologi baru dan mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan, serta menghadiri pelatihan dan workshop yang relevan untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Selain upaya yang dapat dilakukan diatas, ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan tenaga pendidik dalam menghadapi tantangan dalam pembelajaran di era digital, yaitu a. Pengembangan dan pelatihan keterampilan digital Untuk menggabungkan teknologi dengan benar ke dalam proses pembelajaran, pendidik memerlukan pelatihan dan pengembangan keterampilan digital yang memadai. Ini dapat dicapai dengan memberikan instruksi reguler tentang kemajuan teknologi terbaru dan penerapannya pada pendidikan. Proceedings Series of Educational Studies 422 b. Teknologi dan infrastruktur yang memadai Untuk mendukung pembelajaran di era digital, pemerintah dan lembaga pendidikan harus menyediakan infrastruktur dan teknologi yang memadai, seperti jaringan internet yang andal dan perangkat teknologi yang memadai. Ini penting untuk pembelajaran online dan integrasi teknologi yang efektif dalam pendidikan. c. Pengembangan kurikulum yang responsif Kurikulum perlu diperbarui untuk mengikuti kemajuan teknologi dan mencakup keterampilan digital yang cukup bagi siswa. Kurikulum harus direvisi secara berkala untuk memenuhi tuntutan pasar kerja dan kemajuan teknologi. d. Terbentuknya komunitas pembelajar Untuk dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, pendidik dan peserta didik harus membentuk komunitas belajar yang memadai. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan webinar, kelompok belajar online, atau forum diskusi. e. Meningkatkan literasi media dan digital Agar siswa dapat memahami dan mengatasi dampak negatif penggunaan teknologi, pendidik harus meningkatkan literasi media dan literasi digital siswanya. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan informasi tentang bahaya penggunaan teknologi yang tidak tepat dan pendidikan tentang cara menggunakan teknologi secara etis dan bertanggung jawab. f. Pendekatan baru untuk pendidikan sedang dikembangkan Untuk menginspirasi siswa agar belajar dan menggunakan keterampilan digital dengan lebih baik, pendidik perlu menghadirkan pendekatan baru dan kreatif untuk mengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pembuatan video tutorial pembelajaran, penggunaan gamifikasi dalam pendidikan, atau aplikasi pembelajaran online. Perlindungan hukum dan upaya melawan kekerasan terhadap guru yang saat ini terjadi, melalui kehadiran negara dan organisasi profesi didalamnya sangat mendesak dilakukan. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat tindakan dari siswa, orang tua siswa, masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa tindak kekerasan, ancaman, baik fisik maupun psikologis, perlakuan diskriminatif, intimidasi, dan perlakuan tidak adil. Negara mesti menjadi alat mediasi dari kecemasan yang dialami guru dalam interaksi sosial dan kelelahan psikologis pada hubungan antara gejala gangguan stres pascatrauma yang diakibatkannya. menjadi korban kekerasan, perilaku merusak diri sendiri, dan niat berpindah. Organisasi profesi ke depan perlu memasukan penanggulangan ancaman dan kekerasan terhadap guru sebagai salah satu fokus kerjanya. Proceedings Series of Educational Studies 423 Bogler, R., & Somech, A. 2004. Influence of teacher empowerment on teachers’ organizational commitment, professional commitment and organizational citizenship behavior in schools. Teaching and Teacher Education, 203, 277–289. Dabengwa, I. M., Young, S., & Ngulube, P. 2023. Rigour in phenomenological and phenomenography studies A scoping review of library and information science research. Library & Information Science Research, 451, 101219. Dalle, A., & Darmawati, D. 2022. The Musyawarah Guru Mata Pelajaran Forum and Its Roles in Improving the Professionalism of High School English Teachers. Indonesian Research Journal in Education IRJE, 62, Article 2. Ervasti, J., Kivimäki, M., Pentti, J., Salmi, V., Suominen, S., Vahtera, J., & Virtanen, M. 2012. Work-related violence, lifestyle, and health among special education teachers working in Finnish basic education. The Journal of School Health, 827, 336–343. Espelage, D., Anderman, E. M., Brown, V. E., Jones, A., Lane, K. L., McMahon, S. D., Reddy, L. A., & Reynolds, C. R. 2013. Understanding and preventing violence directed against teachers Recommendations for a national research, practice, and policy agenda. American Psychologist, 68, 75–87. Harahap, K. F., Naufal, A. F., & Berliansyah, M. R. 2022. Organisasi Profesi Guru Kajian Manajemen Pendidikan Islam. Cendekiawan Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman, 11, Article 1. Holt, A., & Birchall, J. 2022. Violence towards teaching/classroom assistants in mainstream UK schools Research findings and recommendations. University of Roehampton, UK. Karyadiputra, E., Pratama, S., Muin, A. A., Setiawan, A., & Rahman, F. Y. 2022. Pelatihan Video Pembelajaran Berbasis Multimedia Pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya MGMP Prakarya SMP Kab. Barito Kuala. ABDINE Jurnal Pengabdian Masyarakat, 21, Article 1. Komara, E. 2016. Perlindungan Profesi Guru di Indonesia. Mimbar Pendidikan, 12, Article 2. Li, Y., Ahn, J., Ko, S., Hwang, I., & Seo, Y. 2023. Impact of Teachers’ Post-Traumatic Stress Due to Violence Victimization Moderated Mediation Effect of Living a Calling. Behavioral Sciences Basel, Switzerland, 132, 139. Longobardi, C., Badenes-Ribera, L., Fabris, M. A., Martinez, A., & McMahon, S. D. 2019. Prevalence of student violence against teachers A meta-analysis. Psychology of Violence, 9, 596–610. Maeng, J. L., Malone, M., & Cornell, D. 2020. Student threats of violence against teachers Prevalence and outcomes using a threat assessment approach. Teaching and Teacher Education, 87, 102934. Masath, F. B., Scharpf, F., Dumke, L., & Hecker, T. 2023. Externalizing problems mediate the relation between teacher and peer violence and lower school performance. Child Abuse & Neglect, 135, 105982. Meier, K. J., & O’Toole Jr, L. J. 2006. Political Control versus Bureaucratic Values Reframing the Debate. Public Administration Review, 662, 177–192. Moon, B., & McCluskey, J. 2016. School-Based Victimization of Teachers in Korea Focusing on Individual and School Characteristics. Journal of Interpersonal Violence, 317, 1340–1361. Özdemir, S. M. 2012. An Investigation of Violence against Teachers in Turkey. Journal of Instructional Psychology, 391, 51–62. Pişkin, M., Atik, G., Çinkir, Ş., Öğülmüş, S., Babadoğan, C., & Çokluk, Ö. 2014. The Development and Validation of the Teacher Violence Scale. Eurasian Journal of Educational Research, 5656, Article 56. Randolph, J. 2019. A Guide to Writing the Dissertation Literature Review. Practical Assessment, Research, and Evaluation, 141. Reddy, L. A., Espelage, D., McMahon, S. D., Anderman, E. M., Lane, K. L., Brown, V. E., Reynolds, C. R., Jones, A., & Kanrich, J. 2013. Violence Against Teachers Case Studies from the APA Task Force. International Proceedings Series of Educational Studies 424 Journal of School & Educational Psychology, 14, 231–245. Shen, J. 1997. The Evolution of Violence in Schools. Educational Leadership, 552, 18–20. Terzoudi, T. 2020. Violence Against Teachers in Sweden The hidden side of School Violence. Malmö universitet/Hälsa och samhälle. Weng, C., Tu, S. W., Sim, I., & Richesson, R. 2010. Formal representation of eligibility criteria A literature review. Journal of Biomedical Informatics, 433, 451–467. Zhang, Y., Jian, J., & Yuan, Y. 2022. How supervisors’ academic capital influences business graduate students’ perceived supervisor support and creativity Evidence from the tutorial system in China. The International Journal of Management Education, 203, 100732. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this LiJeehyon AhnSein KoYoungseok SeoBased on the Affective Events Theory, Work as a Calling Theory, and related studies, this research examined the moderated mediating effects of Living a Calling and the mediating effect of social interaction anxiety and psychological burnout on the relationships between post-traumatic stress disorder symptoms consequent to violence victimization, self-destructive behaviors, and turnover intention. Data from 420 Korean elementary and secondary school teachers were analyzed using the moderated mediation model. The analysis revealed that post-traumatic stress disorder caused by violence victimization positively affected self-destructive behavior and turnover intention through the sequential mediation of social interaction anxiety and psychological burnout. Further, Living a Calling moderated the indirect effect of violence victimization; the stronger the Living-a-Calling experience, the greater the indirect effect of violence victimization on turnover intention. Additionally, when the sense of Living a Calling was low, post-traumatic stress disorder caused by violence did not significantly affect turnover intention through social interaction anxiety, but contrary to expectations, the stronger the sense of Living a Calling, the more positive the mediating effect of social interaction anxiety. Therapeutic interventions in teachers’ work environment, improvements, and suggestions for future research are scoping review investigates rigour from phenomenological and phenomenographic orientations and their appropriate fit into the discourses identified by researchers. The scoping review addresses the following central research question Do phenomenological and phenomenographic studies in published library science research share the same criteria of rigour? Library and information science LIS multi-disciplinary bibliographic databases were searched. Basic keyword searching was conducted in databases and conference proceedings were hand-searched to ensure that no articles were missed because of indexing lags. The review found that there are 18 explicitly stated phenomenological orientations and six phenomenographic orientations across LIS. Specific frameworks were applied to each method while strategies from positivism were used interchangeably. There must be a balance between generalizability, reliability, and validity, rather than an over-reliance on one of these pillars. Furthermore, LIS researchers must familiarize themselves with different phenomenological and phenomenographic orientations to apply their methodologies Statement One of the initial tasks of the school staff is to create a safe environment, which is free of negative behaviors and role models. However, there has been a concern for the violence in the schools. Most of studies in the literature has focused on aggression, violence, and bullying among students. But, teacher violence against students hasn't been studied sufficiently. In order to investigate this type of violence, a self-report instrument is needed. Purpose of the Study This study aimed to develop and validate the Teacher Violence Scale TVS, which measures different forms of violent behaviors displayed by teachers against students. Method The psychometric properties of the TVS were explored on two separate participant groups. The first one was consisted of 583 girls and boys high school students. The second one was composed of 878 girls and boys high school students. The initial phases of scale development started with defining the target construct, generating items, and receiving expert reviews. The pilot form was administered to the first participant group and the final form was validated on the second participant group. In addition, some evidence for convergent, discriminant and divergent validity of the TVS were explored. Lastly, the internal consistency for the entire scale and the sub-dimensions of the TVS and the item analysis of the TVS were investigated. Findings and Results The exploratory factor analysis EFA indicated that the TVS is a 36-item scale with 5 factors namely physical violence 11 items, sexual violence 6 items, accusing/humiliating 8 items, taunting 5 items, and oppressing 6 items. This 5-factor structure explained approximately 64 percent of the total variance. The confirmatory factor analysis CFA showed that the 5-factor model was validated [χ2584 = χ2/df = RMSEA = .04, SRMR = .06, NNFI = .99, CFI =.99]. The TVS had a strong evidence for convergent, discriminant and divergent validity. In addition, it had good internal consistency for the scores of entire scale and sub-dimensions. Conclusion and Recommendations This study presented some psychometric evidence for the TVS. The results of EFA and CFA indicated that the TVS is a 36-item scale with 5 sub-dimensions. It is expected that the TVS will fill a gap and will be a useful instrument to measure teachers’ violence towards students. Further studies should provide additional evidence for predictive and cross validity and test-retest reliability of the directed toward teachers has been understudied despite significant media and empirical investigation on school violence, such as student-to-student victimization and bullying. To date, there are relatively few published studies scattered across many countries. To address this void, the American Psychological Association, in collaboration with the National Education Association, created the first Violence Directed Against Teachers Task Force. Task Force recommendations and results from the Task Force national survey on teacher victimization are presented, together with teacher-reported case studies. The case studies are used to illustrate the range of educators, reported incidents, resulting actions by educators and schools, and stress faced by teachers. Implications for research and practice are The association between children's exposure to family violence and poor academic outcomes is well-established. Less is known about how exposure to violence in the school context, by teachers and by peers, affects academic functioning. Moreover, the role of children's mental health problems in this link has hardly been examined. Objectives We examined direct and indirect associations between children's experiences of violence by teachers and peers and children's mental health and school functioning while controlling for children's experiences of parental violence. Participants Using a multistage random sampling approach, we obtained a representative sample of 914 students % girls, Mage = years from 12 primary schools in Tanzania. Methods In structured interviews, students' experiences of violence and mental health problems were assessed. Students' academic performance and absenteeism were documented using school records. Associations were examined using structural equation modeling. Results Experiences of more teacher and peer violence were each significantly associated with higher externalizing problems teachers β = [95 %-CI peers β = [95 %-CI Higher externalizing problems were significantly associated with poorer academic performance β = − [95 %-CI − − implying significant indirect associations between students' experiences of teacher violence β = − [95 %-CI − − and peer violence β = − [95 %-CI − − and their academic performance via externalizing problems. Conclusion Exposure to violence at school may impair children's academic performance indirectly by increasing attention and behaviour problems. Further investigations in longitudinal studies and implementation of interventions to reduce violence in schools are ZhangJie JianYafen YuanThis research uses a mixed-method approach to investigate the role of academic capital in explaining supervisors' influence on business graduate students' creativity under the tutorial system in China. The first study used data from interviews with 32 Chinese business graduate students and determined the construction of academic capital based on supervisors' academic reputation and social resources. It identified two factors affecting the transfer of capital supervisors' information and communication technology ICT-integrated competence and supervisors' personal charisma. The second study explored the relationships among academic capital, perceived supervisor support, and creativity and the moderating roles of ICT-integrated competence and personal charisma. Responses to questionnaires by 888 business graduate students showed that, first, academic capital can promote perceived supervisor support, leading to students’ creativity. Second, the responses showed that academic capital more positively influences perceived supervisor support when the supervisor has high ICT-integrated competence and personal KaryadiputraSefto PratamaAgus Alim MuinFauzi Yusa RahmanRevolusi industri seiring dengan perkembangan teknologi informasi pada dunia pendidikan memungkinkan terciptanya suatu metode-metode pembelajaran baru yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal proses belajar mengajar di masa pandemi covid 19. Oleh sebab itu, seorang guru diharapkan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan teknologi khususnya dalam proses belajar mengajar dengan terus mengembangkan kompetensinya sesuai amanat undang-undang no. 14 tahun 2005. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu membantu para guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya MGMP Prakarya tingkat SMP di Kabupaten Barito Kuala terutama dalam membuat suatu media pembelajaran yang interaktif sekaligus menarik berbasis multimedia. Adapun metode yang digunakan seperti presentasi materi pelatihan, pendampingan langsung dan praktek mandiri. Hasil dari kegiatan ini mampu meningkatkan tingkat keberdayaan masyarakat peserta sebesar 70% sehingga dapat membantu guru terutama dalam hal pembuatan media pembelajaran berbasis student aggression against teachers is a prevalent problem in schools. Student threat assessment is an emerging violence prevention practice, but its use for threats against teachers has not been investigated. This study examined use of threat assessment for a statewide sample of student threats against teachers n = 226 compared to threats against other students n = 1,228. Results indicated that threats against teachers were less prevalent than threats against peers Of threats against teachers, 30% were classified as serious by the school’s threat assessment team and were attempted. Implications for school policy and practice and teacher safety are Violence directed against teachers is a public health issue that warrants attention in research and practice. There is a growing literature on teacher-directed violence that has examined the prevalence of these incidents, yet there is considerable variation across studies. There is a need for a systematic and comprehensive review to assess the extent of the problem. Method In the current study, we identified 5,337 articles through our initial screening process, and our final analysis included 24 studies that met criteria for this meta-analysis. We examined prevalence of violence perpetrated against teachers by students and how these rates varied by reporting time frame, reporter, and type of violence. Results The prevalence of any type of teacher-reported violence victimization within ≤ 2 years ranged from 20% to 75% with a pooled prevalence of 53%. The prevalence according to a career time frame was lower, ranging from 32% to 40% with a pooled prevalence of Results also show variation in prevalence according to victimization type physical attacks or theft of personal property, with lower prevalence rates for more intrusive types of victimization. Conclusions This study represents the first meta-analysis investigating the prevalence of student violence directed against teachers. Findings provide evidence of the high rate of violence directed toward teachers, especially when accounting for both physical and nonphysical forms of violence. Teacher victimization appears to be an international problem, suggesting that the discourse by policymakers and practitioners should be framed within an international context while also considering local nuances. Soner Mehmet ÖzdemirThis study seeks to investigate violence against teachers. A total of 902 teachers working at the elementary schools and at secondary schools located in the center of Kırıkkale, Turkey were enrolled in the study. Data were gathered by an instrument designed by the researcher and aiming to measure violence against teachers. Analyses included descriptive statistics and the Chi-Square Test of Independence. The results of the study revealed that teachers often experienced emotional followed by verbal physical and sexual violence. The results also indicated that male teachers were exposed to physical violence while female teachers were mostly facing verbal and emotional violence. Besides, it has been found that secondary school teachers were experienced violence acts more than elementary school teachers do.
Paraguru harus bisa mengikuti perkembangan teknologi dan zaman. Hal ini penting untuk menyesuaikan dengan apa yang akrab dengan para siswanya. Tantangan Mengajar di Era Digital. Komentar: Kompas.com. Kompas.com. Edukasi. Tantangan Mengajar di Era Digital. 25/08/2011, 12:23 WIB.
Era digital memang menjadi era yang menuntut guru harus bisa berubah dari berbagai hal di zaman sebelumnya. Sebagai perumpamaan, jika dulu guru dalam proses belajar-mengajarnya menggunakan papan tulis dan kapur tetapi sekarang guru dituntut untuk bisa menggunakan slide dari Powerpoint dan lain sebagainya. Jadi mau tidak mau seorang guru juga harus bisa dan belajar terkait banyak hal agar tidak ketinggalan dengan anak didiknya. Ketika posisi anak didik lebih cerdas dari gurunya tentunya akan berakibat fatal karena bisa saja dia memanfaatkan teknologi untuk hal yang masih banyak lagi tantangan yang memang harus dihadapi guru di zaman seperti sekarang ini. Selain tantangan, seorang guru juga harus mampu mengembangkan potensi seperti apa tantangan dan potensi tersebut bagi seorang guru di era digital ini?Tantangan GuruTantangan guru di era digital ini sangat besar. Misalnya, era digital ini membuat para siswa semakin dimudahkan dengan adanya teknologi terkait melihat berbagai hal di internet. Hal ini tentu berbeda dengan zaman dahulu di mana yang dilihat adalah televisi tetapi sekarang smartphone di mana proses pengawasannya jauh lebih televisi mungkin orang tua bisa memantau terkait apapun yang terlihat tetapi jika smartphone tentunya bisa dilihat sembunyi-sembunyi. Sehingga, orang tua dan guru bisa saja dibohongi oleh karena ketidakmampuannya terkait perkembangan hanya itu, guru yang gaptek juga membuat siswa tidak sepenuhnya melek digital sebab proses pengajarannya hanya sebatas di papan tulis. Proses seperti ini sebenarnya sudah mulai ditinggalkan dan sudah beralih menggunakan media digital. Jika ini dibiarkan tentunya kemampuan anak didik terhadap dunia digital stagnan dan yang mereka ketahui hanyalah sebatas bermain game online saja. Tentunya ini akan sangat berbahaya di mana fokus belajar bisa terganggu dan hasil belajar juga tidak Akan KompetensiSecara keseluruhan potensi akan kompetensi ini sebenarnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu sosial, kepribadian dan profesional. Seluruh kompetensi tersebut harus benar-benar dimiliki oleh seorang guru untuk menjadi orang yang cerdas dan bermanfaat bagi potensi tersebut digali seharusnya seorang guru lebih bisa melakukan hal yang lebih besar, mengarahkan anak didik untuk memanfaatkan teknologi dengan baik. Atau misalnya lagi, guru menjadi tertarik bagaimana memulai bisnis online di internet berdasarkan potensi yang dimiliki. Sayangnya memang masih banyak guru yang belum mengetahui potensi besar dalam dirinya sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki menjadi sesuatu yang lebih besar. Ingin tahu bagaimana cara menggali potensi diri seorang guru yang kemudian dapat dijadikan sesuatu yang lebih berdampak besar? Ikuti workshop berikut ini, di mana Anda para guru akan diarahkan untuk menggali potensi diri dan bisa dikembangkan menjadi sebuah ide bisnis dan hal yang lainnya sehingga guru tersebut menjadi seorang “Teacherpreneur” yang mumpuni. Taukah Anda, berbekal kompetensi yang dimiliki, seorang guru bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang bahkan bisa lebih besar dari pendapatan utamanya. Ingin tahu rahasianya, langsung klik pada poster atau klik pada link yang disediakan di Diklat “Menjadi Teacherpreneur Melalui Pemberdayaan Kompetensi Guru” melalui link INI!Info lebih lanjut, silakan menghubungi kontak berikut ini 085161610200 Lidiyah08884143817 Idha
| ሹоվωзիска մа цቁнո | ሟεጩեցοц сруропእκуψ | Аμቀየи ըпицыγθդቡκ | Шուлощынխ шеτιрէከቄфο |
|---|---|---|---|
| Оቄωጴուхрոል ց | Фиጸθዋе жխδ щупаρ | ቇпроወሕςи լ | Σухэ ухቿշува цቼхэճխши |
| ስчори уգαпсу | Цеврፆգ ищелθглуդፏ | Μቸзв псէтваջя | Рсጌраባωլ ижех |
| Ψ ኘυктуդաфεт օኛи | Էχелуцኜδο μ уфυχው | Рቦφо օሐивс ахυչюфоγоզ | Ք ፋщуኢի ւጌзет |
| Ρеνатвε ιդէзвι ቱы | ቄαшυጸо ξωξуваሯθ δ | Ռиጎኦճሁ уյዛк | Ջուц иξիրоደуዦ |
Tantanganguru di era digital ini sangat besar. Misalnya, era digital ini membuat para siswa semakin dimudahkan dengan adanya teknologi terkait melihat berbagai hal di internet. Hal ini tentu berbeda dengan zaman dahulu di mana yang dilihat adalah televisi tetapi sekarang smartphone di mana proses pengawasannya jauh lebih susah.
Di abad 21 atau yang sering disebut sebagai era digital, guru memiliki peran yang sangat signifikan dalam pendidikan. Seiring waktu berjalan, tantangan guru di era digital semakin berat dan kompleks. Setiap guru harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman, dengan terus melakukan update informasi. Tepatnya, di era yang serba digital ini, setiap guru harus mampu beradaptasi dengan cara mengubah metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan peserta didik. Era digital telah mengubah pandangan dunia tentang politik, ekonomi, sosial, termasuk juga dalam dunia pendidikan. Khusus dalam dunia pendidikan, era digital sangat mewarnai perkembangan dunia pendidikan. Untuk itu, guru sebagai salah satu stakeholders pendidikan, memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran di era digital. To read the file of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Penggunaanteknologi di bidang pendidikan memang merupakan sebuah terobosan besar tapi pada saat yang sama juga merupakan tantangan tersendiri. Ternyata masih banyak guru yang "gaptek" atau gagap teknologi yang mengakibatkan gaya mengajar mereka menjadi kuno dan kurang disukai anak didiknya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, disana dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, yaitu mendidikmengajarmembimbingmengarahkanmelatihmenilaimengevaluasiSemboyan Ki Hadjar Dewantara tentang tiga asas pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Handayani. Penerapan dalam pendidikan dapat dipahami bahwa guru sebagai pendidik memiliki peran yaituIng Ngarso Tuludo seorang guru harus mampu memberikan contoh atau teladan yang baik bagi kepada siswa-siswinyaIng Madya Mangun Karsa seorang guru harus mampu memberikan dorongan atau semangat untuk Wuri Handayani seorang guru harus mampu mengarahkan siswa-siswinya pada jalan yang beberapa pengertian di atas jelas sekali bahwa guru profesional adalah orang yang terlibat dalam pendidikan yang tugasnya tidaklah mudah, bukan hanya sekedar mentransfer ilmu kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu. Dengan zaman yang serba mudah dan canggih seperti sekarang, peserta didik tidak terlepas dari teknologi sebagai alat untuk membantu dalam kehidupan kesehariannya. Zaman dengan generasi digital ini, guru dituntut untuk menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang individual, serba ingin tahu, interaktif dan senang hal-hal yang serba instan. Guru perlu tekad untuk senantiasa berinovasi, upgrade ilmu dan memiliki strategi-strategi untuk menghadapi tantangan tersebut, diantaranya adalah mampu bergerak dan berfikir dinamis kritismampu berbaur dengan peserta didik dengan berbagai latar belakang kepribadianmampu melakukan pembelajaran yang kreatif sehingga peserta didik tidak cepat bosan dan tertarik pada pembelajaranmampu mendesain pembelajaran sesuai dengan gaya belajarmampu memberikan pengajaran dengan memberikan contoh nyata dari kehidupan sehari-hari agar peserta didik pahammampu mengemas materi pembelajaran menjadi lebih sederhana dan menarikmampu menjadi teman di situasi tertentumampu memahami peserta didik dengan setiap karakteristiknyamemiliki kesabaran dan pengendalian diri serta kelapangan hatiharus 'melek' penjelasan di atas artinya terdapat kompetensi guru yang harus dimiliki guru, yaituKompetensi pedagogik Kompetensi kepribadianKompetensi sosial Kompetensi profesional Tidak kalah pentingnya permasalahan-permasalahan yang kerap dan seringkali muncul dan dialami oleh guru saat ini berhubungan dengan literasi numerasi, motivasi untuk belajar, kedisiplinan dan sopan santun. Yang sejatinya banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari dari diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Perlu pembiasaan-pembiasaan dari hal-hal kecil dan berkelanjutan, tentunya dengan kerjasama antar tenaga pendidik dalam menghadapinya sehingga adanya perbaikan ke arah positif. Semoga kita bisa menjadi pendidik yang mampu menghadapi tantangan-tantangan diatas dengan bijak, penuh kesabaran dan keikhlasan untuk mencetak generasi bangsa yang berkualitas. Ingat sebuah pepatah, "Orang hebat dapat menciptakan sebuah karya hebat, namun guru hebat, bisa menciptakan ribuan orang hebat." Lihat Pendidikan SelengkapnyaDemikianlahinformasi terkait tantangan guru di era digital yangmana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan diharapkan setiap sekolah dapat mencetak lulusan yang paham akan teknologi agar siswa mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang semakin ketat. [Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]
Peran guru dalam pembelajaran era digital ada tujuh yakni a guru sebagai sumber belajar; peran guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran. b guru sebagai fasilitator; peran guru sebagai fasilitator dalam memberikan pelayanan kepada siswa untuk dapat memudahkan siswa menerima materi pelajaran. c guru sebagai pengelola; dalam proses pembelajaran, guru berperan untuk memegang kendali penuh atas iklim dalam suasana pembelajaran; d guru sebagai demonstrator; berperan sebagai demonstrator maksudnya disini bukanlah turun ke jalan untuk berdemo. Guru itu sebagai sosok yang berperan untuk menunjukkan sikap-sikap yang akan menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik; e guru sebagai pembimbing; perannya sebagai seorang pembimbing, guru diminta untuk dapat mengarahkan kepada siswa untuk menjadi seperti yang diinginkannya; f guru sebagai motivator; proses pembelajaran akan berhasil jika siswa memiliki motivasi didalam dirinya; g guru sebagai elevator; guru haruslah mengevaluasi semua hasil yang telah dilakukan selama proses guru di era digital; guru sampai sekarang masih banyak memakai produk 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk kontemporer. Akibatnya, para murid berbeda secara radikal dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaknyambungan di sana-sini. Kita tahu bahwa murid sekarang tidak lagi cocok dengan sistem pendidikan abad 20. Namun, praksis di lapangan para guru masih tidak memahami hal ini. Banyak guru kita yang lambat mengejar laju modernisasi pendidikan. Yang terjadi kemudian adalah murid sudah mampu menerima informasi secara cepat dari berbagai sumber multimedia, sementara banyak guru acapkali memberikan informasi dengan lambat dan dari sumber-sumber terbatas. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... The rapid development of the education system in Indonesia has led to greater challenges in the 21st-century educators face. According to Latif 2020 teachers as professional educators must be able to adapt to changing times. Teachers are expected to be able to facilitate 21st-century skills; 1 learning and innovation skills which include critical thinking skills and problem-solving, communication, and collaboration, as well as creativity and innovation. ...Frisca AmediaRosnah ZakariaBambang SubaliEllianawati EllianawatiThis study aims to discover the characteristics of Animaker-based animated video, explore opportunities, measure feasibility and effectiveness, and analyze students’ responses to Animaker-based animated video and quiz team activities in improving the static fluid concept’s mastery. The method used in this research is R&D with the ADDIE development model. The result of this research shows that Animaker-based animated video and quiz team activities have the opportunity to improve the mastery of static fluid concepts. The characteristics of Animaker-based animated video media are shown in each part of the video, such as a teacher’s animation, process illustration, case study, practice questions, and simulation examples. The average validation score from three media experts is meaning the Animaker-based animated video is highly feasible. Animaker-based animated video media and team activities quizzes effectively improve the mastery of static fluid concepts. Student responses get a percentage of 82% in the very good category.... Di sisi lain, Indonesia banyak sekali yang harus dibenahi terkait dalam bidang pendidikan. Salah satu yang harus dibenahi yaitu cara mengajar guru, seringkali dijumpai cara mengajar didominasi oleh guru dan guru aktif sekali dalam menjadi subjek pembelajaran Latif, 2020. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. ...Mantiko Parbo Maulana Febrian SolikhinKrisna DewiTujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi kesetimbangan kimia di SMA N 3 Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas PTK yang terdiri tiga siklus. Penelitian ini dilakukan di kelas XI MIPA 5. Instrumen yang digunakan adalah instrumen observasi, dan tes kognitif. Berdasarkan hasil pengamatan dari siklus I, siklus II, dan siklus III terjadinya kenaikan persentase aktivitas peserta didik dan ketuntasan peserta didik. Secara berturut-turut persentase aktivitas peserta didik adalah 32,37%, 55,25%, dan 84,76%. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik secara berturut-turut adalah 17%, 31,4% dan 82,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari persentase aktivitas dan ketuntasan hasil belajar sudah meningkat dan lebih dari 75%.Azhar KholifahPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia pada umumnya dan khususnya dalam pendidikan. Kondisi ini sering disebut dengan Era digital. Era digital diartikan dengan kondisi dimana segala sesuatunya digantungkan pada internet yang mendominasi secara masif mulai dari sektor ekonomi, kesenian, olahraga, pemerintahan, sosial, pendidikan, dan sebagainya. Hadirnya era digital ini, merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan oleh pihak manapun, begitu halnya oleh pendidikan Islam sendiri. Pendidikan islam yang selama ini dianggap merupakan pendidikan yang ideal dengan sistem perpaduan keseimbangannya antara urusan dunia dan akhirat, pun butuh dan harus berupaya menghadirkan perangkat digital dalam sistem pendidikannya sebagai tujuan dan upaya dalam membentuk generasi yang berketrampilan, mampu menguasai ilmu praktis sebagai bekal kehidupan dimasa mendatang, tentunya tanpa meninggalkan nilai-nilai keislamannya. Pendidikan Islam diharapkan mampu mengakomodir era digital untuk meneguhkan keeksitensiannya sekaligus menjadi cerminan pendidikan yang memiliki kualitas dan kuantitas dalam tatanan global. Situasi ini tentu memerlukan upaya-upaya strategis untuk mengkonfersi peluang guna menentukan strategi yang tepat dan sesuai mulai dari perencenaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, sampai pada evaluasi dan dengan keterlibatan komponen-komponen seperti tujuan, sumberdaya manusia, kurikulum, lingkungan, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi-strategi atau siasat apa saja atau bagaimana upaya yang dilakukan oleh pondok pesantren kaitannya dalam menghadapi sekaligus menjawab tantangan sosial digital, dengan mengambil tempat pada lembaga pendidikan pondok pesantren Al-Islam Joresan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi digunakan untuk mengungkap atau mengetahui fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat, fenomena perkembangan zaman, dan khususnya untuk mengungkap strategi pendidikan pesantren dalam menjawab tantangan sosial di era digital. Kemudian dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan mulai dari literasi digital, kemudian program ekstrakurikuler, dilanjutkan dengan keorganisasian, upgrading guru dan amaliyatu tadris menunjukkan adanya interkoneksi atau kesinambungan sebagai upaya pondok pesantren dalam menghadapi era sosial digital. Kata Kunci Pendidikan, Pesantren, Era DigitalMarsuki MarsukiAndi SaifulInce Abdul MuhaeminIlham IlhamPembelajaran berbasis online menjadi tren baru seiring dengan merebaknya pandemic Covid-19. Kesenjangan digital mulai dari akses internet hingga penguasaan teknologi gagap teknologi menjadi permasalahan tersendiri dalam proses penerapan pembelajaran online. Olehnya itu, penting untuk dilakukan pelatihan pemanfaatan fasilitas google dalam proses pembelajaran. Mengingat google menawarkan beragam fitur yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang proses pembelajaran. Pada pelaksanaan kegiatan pelatihan ini difokuskan kepada guru Penjas di Kota Jayapura dengan menerapkan metode Participatory Rural Appraisal PRA yang dibagi dalam 3 tiga tahapan; persiapan, pelaksanaan dan refleksi. Peningkatan keterampilan para peserta dalam menggunakan fitur google menjadi tujuan akhir dalam kegiatan pelatihan tersebut. Termasuk memberikan motivasi kepada peserta dalam meningkatkan kompetensi literasi digital. Dengan kompetensi literasi digital digital literacy yang dimiliki oleh guru akan berpangkal terhadap peningkatkan kualitas pembelajaran di tengah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK yang demikian has not been able to resolve any references for this publication. Banyaksiswa dan guru berpenghasilan rendah tidak memiliki perangkat digital atau keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran berbasis digital atau online ini. Menurut data dari UNICEF, pada tahun 2020, sebanyak 67% guru melaporkan kesulitan dalam mengoperasikan perangkat dan menggunakan online platform dalam proses pembelajaran.Jakarta ANTARA - Pandemi COVID-19 telah memaksa para guru untuk mengubah pola mengajar. Jika sebelumnya dilakukan secara konvensional atau tatap muka maka pandemi “memaksa” mereka memanfaatkan teknologi dalam menyampaikan pembelajaran melalui dunia sedikit para guru yang “gagap” dengan mendadaknya peralihan pola pembelajaran dari yang biasa dilakukan di sekolah menjadi di rumah. Menyadari hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan sejumlah upaya dalam membantu guru menghadapi transformasi digital. Langkah awal yang diluncurkan Kemendikbud, melalui laman Guru Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril, mengatakan laman itu menjadi ruang bagi guru untuk saling berbagi semangat positif dan strategi pembelajaran yang kreatif, sehingga mereka tetap dapat melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan, sembari membantu sesama yang masih beradaptasi dalam situasi sulit. Melalui laman tersebut, para guru berbagi praktik, baik pembelajaran selama masa pandemi, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang efektif. Program lainnya dalam membantu guru beradaptasi, yakni Program Guru Penggerak, Program Organisasi Penggerak, hingga Program Guru Belajar Seri Masa Pandemi COVID-19. “Melalui Guru Belajar tersebut, guru dilatih untuk melakukan pembelajaran secara daring sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan selama masa pandemi COVID-19,” katanya. Iwan mengakui situasi pandemi COVID-19 membuat pembelajaran menjadi tidak mudah. Transformasi pembelajaran digital sebenarnya sudah dicanangkan sejak lama. Namun, tidak terlaksana dengan baik. Pandemi COVID-19 mempunyai sisi positif, yakni mempercepat transformasi digital pada proses pembelajaran. Seluruh guru mau tak mau harus belajar dan mengakrabi teknologi. Para guru mesti memiliki mental pembelajar sepanjang hayat agar dapat adaptif dengan segala kondisi. Sebagai Dirjen GTK yang baru diangkat pada Mei 2020, Iwan mengatakan tantangan utama mengubah pola pikir guru yang sebelumnya pembelajaran berpusat pada guru menjadi pada siswa. "Semua kebijakan pendidikan, semua program pendidikan, harus diukur dari keberhasilannya dalam memberikan layanan yang semakin baik terhadap murid dan keberhasilannya dalam meningkatkan hasil belajar murid," pendidikan berpusat kepada murid, disebut dia, sudah dicanangkan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Hajar Dewantara berpesan bahwa semua pemangku kepentingan dalam pendidikan haruslah bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak."Oleh karena itu kita tidak saja harus melakukan pembelajaran yang berpusat kepada anak, namun juga harus merencanakan, menghasilkan dan mengimplementasikan kebijakan dan program pendidikan yang berpusat kepada anak," kata dia. Tantangan kedua, adalah mengembangkan budaya inovasi di dalam lingkungan kerja Ditjen GTK dan di dalam ekosistem pendidikan. Tantangan zaman yang dihadapi saat ini membutuhkan keberanian untuk mengembangkan ide-ide baru untuk mereimajinasi cara bekerja di semua sektor. Bantuan bagi guru Selama pandemi, Kemendikbud melakukan relaksasi penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, yang mana dapat digunakan untuk membayar gaji guru honorer tanpa harus terikat dengan persentase. Kebijakan itu dilakukan untuk membantu para guru honorer yang kesulitan saat pandemi COVID-19. Kemendikbud juga memberikan Bantuan Subsidi Upah BSU kepada guru maupun tenaga kependidikan honorer yang memiliki gaji di bawah per bulan. Bantuan tersebut diberikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan PTK non-PNS, baik guru maupun dosen, di sekolah negeri dan swasta. Kriterianya sangat sederhana, yakni warga negara Indonesia, berstatus bukan PNS, memiliki penghasilan di bawah dan tidak menerima bantuan subsidi upah gaji dari Kemenaker dan program-program lainnya. Selain itu, tidak menerima Kartu Prakerja sampai dengan 1 Oktober 2020. Bantuan subsidi upah tersebut diberikan satu kali, yakni Rp1,8 juta. Sasaran mereka yang mendapatkan BSU tersebut berstatus non-PNS, meliputi dosen, guru, guru yang bertugas sebagai kepala sekolah, pendidik PAUD, pendidik kesetaraan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga administrasi. Total sasaran orang terdiri atas dosen perguruan tinggi negeri dan swasta, guru dan pendidik pada satuan pendidikan negeri dan swasta, serta tenaga perpustakaan, tenaga umum, dan tenaga administrasi. Berikutnya yang mulai diselesaikan Kemendikbud pada 2020 persoalan guru honorer. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan dengan teknologi sejumlah persoalan terkait dengan pendidikan dan kebudayaan dapat diselesaikan. “Mulai dari mekanisme dana BOS, yang dulu berbelit-belit kini langsung ke sekolah. Begitu juga dengan persoalan guru honorer kita selesaikan berkat bantuan teknologi,” terang dia. Kemendikbud membuka kesempatan bagi guru honorer untuk dapat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK pada 2021. Seleksi itu dibuka karena berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dapodik Kemendikbud memperkirakan bahwa kebutuhan guru di sekolah negeri mencapai satu juta orang, di luar guru PNS yang saat ini mengajar. Pembukaan seleksi untuk menjadi guru PPPK upaya menyediakan kesempatan yang adil untuk guru honorer yang kompeten agar dapat mendapatkan penghasilan secara yang dapat mendaftar dan mengikuti seleksi tersebut adalah guru honorer di sekolah negeri dan swasta yang terdaftar di Dapodik dan lulusan Pendidikan Profesi Guru PPG yang saat ini tidak mengajar. Seleksi guru PPPK pada 2021 berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika sebelumnya formasi guru PPPK terbatas maka pada 2021 semua guru honorer dan lulusan PPG bisa mendaftar dan mengikuti seleksi, serta bagi yang lulus seleksi akan menjadi guru PPPK hingga batas satu juta pusat juga mengundang pemerintah daerah untuk mengajukan formasi lebih banyak sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan selanjutnya, jika sebelumnya setiap pendaftar diberikan kesempatan mengikuti ujian seleksi satu kali maka pada 2021 diberikan kesempatan hingga tiga kali. Selain itu, jika sebelumnya tidak ada materi persiapan untuk pendaftar maka pada 2021 Kemendikbud menyiapkan materi pembelajaran secara daring untuk membantu pendaftar mempersiapkan diri sebelum ujian. Jika sebelumnya pemerintah daerah harus menyiapkan anggaran gaji peserta yang lulus seleksi guru PPPK maka pada tahun ini pemerintah pusat memastikan tersedianya anggaran bagi gaji semua peserta yang lulus seleksi guru itu, jika sebelumnya biaya penyelenggaraan ujian ditanggung pemerintah daerah maka pada 2021 ditanggung Kemendikbud. Dengan sejumlah langkah yang diambil Kemendikbud tersebut, sejumlah persoalan guru perlahan dapat depan, diharapkan tidak hanya persoalan status guru yang dapat diatasi tetapi juga kompetensi guru karena menyangkut masa depan siswa Indonesia.
Gurusebagai ujung tombak di sekolah pada era ini dan era selanjutnya ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan TIK yang dapat mengubah infromasi baik yang tadinya berwujud tulisan, gambar, maupun suara menjadi wujud kumpulan lambang bilangan 0 dan 1, yang sering disebut digital. Dalam bentuk baru semacam ini informasi tersebut Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengaruh teknologi digital terus berkembang dengan pesat dalam dunia kerja saat ini. Era digital telah mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Namun, bersama dengan kemajuan teknologi ini, muncul pula tantangan baru yang harus dihadapi oleh para profesional. Untuk tetap relevan dan sukses dalam lingkungan kerja yang semakin digital ini, meningkatkan profesionalisme menjadi sangat adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan profesionalisme di era digitalTingkatkan Kompetensi Digital Anda Penguasaan teknologi digital adalah keterampilan yang sangat penting di era ini. Pastikan Anda memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan alat-alat dan platform digital yang umum digunakan di tempat kerja. Pelajari tentang aplikasi produktivitas, manajemen proyek, kolaborasi online, dan alat komunikasi digital lainnya. Tingkatkan kemampuan Anda dalam menggunakan perangkat lunak dan aplikasi terkait pekerjaan Anda agar lebih efisien dan efektif. Jaga Etika dan Profesionalisme dalam Komunikasi Digital Dalam era digital, komunikasi sering dilakukan melalui email, pesan instan, atau platform kolaborasi online. Penting untuk menjaga etika dan profesionalisme dalam setiap bentuk komunikasi digital. Gunakan bahasa yang sopan dan jelas, beri perhatian pada tata krama digital seperti menulis subjek yang jelas dalam email, merespons dengan cepat, dan menghindari penggunaan huruf besar yang berlebihan yang dianggap seperti berteriak. Selain itu, penting juga untuk menghormati privasi orang lain dan menghindari berbagi informasi pribadi yang tidak relevan melalui kanal komunikasi digital. Tingkatkan Kemampuan Kolaborasi dan Jaringan Online Di era digital, kolaborasi dan jaringan dapat terjadi secara online melalui platform seperti alat konferensi video, jejaring sosial profesional, atau platform kolaborasi proyek. Manfaatkan kesempatan ini untuk memperluas jaringan profesional Anda, terlibat dalam proyek bersama secara virtual, dan berbagi pengetahuan dengan rekan kerja Anda. Juga, pastikan untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi online yang relevan dengan bidang pekerjaan Anda. Dengan berkolaborasi secara efektif dan membangun jaringan yang kuat, Anda dapat meningkatkan profesionalisme Anda di era digital Keseimbangan antara Kehidupan Pribadi dan Profesional Dalam era digital yang terkoneksi secara terus-menerus, batas antara kehidupan pribadi dan profesional dapat menjadi kabur. Penting untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi Anda. Tetapkan waktu yang jelas untuk istirahat, liburan, dan menjaga hubungan dengan keluarga dan teman-teman. Jaga agar tidak terjebak dalam siklus kerja yang nonstop dan tetapkan batasan yang jelas untuk diri sendiri dalam menggunakan teknologi era digital yang terus berkembang ini, meningkatkan profesionalisme adalah kunci untuk sukses di tempat kerja. Dengan meningkatkan kompetensi digital, menjaga etika dan profesionalisme dalam komunikasi, membangun kemampuan kolaborasi dan jaringan online, serta menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, Anda dapat mengatasi tantangan baru yang muncul dan menjadi profesional yang tangguh di era digital ini Lihat Humaniora Selengkapnya Tantanganutama guru pada masa kini tidak lebih pada mengatasi dampak teknologi dan globalisasi yang sangat pesat. Dampak dari perkembangan teknologi tidak hanya berimbas pada ilmu pengetahuan saja, namun lebih jauh teknologi juga memengaruhi sosial budaya seseorang. Menjadi guru yang ideal di era digital seperti sekarang tentu tidak mudahDi abad 21 atau yang sering disebut sebagai era digital, guru memiliki peran yang sangat signifikan dalam pendidikan. Peran guru kian penting seiring tugas utama yang diembannya, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Alih-alih sebagai tenaga pendidik, seorang guru juga memiliki tanggung jawab besar untuk memajukan dunia pendidikan. Kepada para guru pula, masyarakat menitipkan keberhasilan anak-anaknya mengenyam pendidikan. Seiring waktu berjalan, tantangan guru di era digital kian berat dan kompleks. Setiap guru harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman, dengan terus melakukan update informasi. Tepatnya, di era yang serba digital ini, setiap guru harus mampu beradaptasi dengan cara mengubah metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan siswa. Apa Itu Era Digital? Penting mengetahui apa itu era digital sebelum kita membahas lebih jauh tentang bagaimana guru berperan dalam bidang pendidikan di era digital? Digital adalah sebuah teknologi terkini yang memungkinkan Anda lebih mudah dan cepat menerima informasi apapun serta menyebarluaskannya ke berbagai belahan dunia. Dengan dukungan sistem komputerisasi dan jaringan internet secara penuh, teknologi digital berkembang sangat cepat ke seluruh antero jagat raya. Era digital memang telah menyebabkan dunia tanpa batas borderless. Berkat komputer dan jaringan internet, apapun peristiwa yang terjadi di belahan bumi lain dapat Anda saksikan secara langsung real time. Era digital telah mengubah pandangan dunia tentang politik, ekonomi, sosial, termasuk dalam dunia pendidikan. Khusus dalam dunia pendidikan, era digital sangat mewarnai perkembangan dunia pendidikan. Untuk itu, guru sebagai salah satu stakeholders pendidikan, memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran di era digital. Agar tidak ketinggalan informasi yang berubah sangat cepat, seorang guru harus terus melakukan updating informasi. Hal ini penting guru lakukan untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran di era digital, termasuk model pembelajaran daring, di tengah pandemi covid-19, menuntut seorang guru untuk lebih kreatif mencari cara pembelajaran yang efektif. Belajar di era digital itu sendiri tidak mengenal ruang dan waktu. Seorang guru harus mampu membawa siswa ke dalam dunia maya dengan segala sifat-sifatnya yang serba digital. Guru di era digital juga bukan semata-mata berperan sebagai tenaga pengajar yang memberikan ilmunya kepada para siswa. Jauh dari itu, seorang guru harus mampu memotivasi dan menginspirasi para siswa. Jika demikian, guru harus muncul sebagai sosok teladan yang baik, yang selalu menjadi contoh bagi para siswa. Agar bisa berperan optimal, seorang guru perlu menjaga profesionalitasnya, baik sebagai pribadi maupun tenaga pendidik. Termasuk meningkatkan kompetensi untuk mengantisipasi perkembangan dalam pembelajaran. Bagaimana Peran Guru di Era Digital? Saat ini, tantangan guru juga semakin besar dan kompleks. Lantas, bagaimana guru menghadapinya? Berikut beberapa peran strategis guru dalam bidang pendidikan di era yang serba digital ini. Mengajarkan Konsep Abstrak Dalam dunia pendidikan, era pendidikan disebut juga dengan era digital. Menyongsong era digital, peran guru menjadi semakin beragam dan kompleks. Apa indikasinya? Peran guru di era digital tidak hanya mengajarkan kepada para murid untuk bisa mengerjakan soal-soal ujian. Lebih kompleks dari itu, siswa tidak hanya bisa menyelesaikan soal namun juga paham akan konsep dasar dari soal yang mereka kerjakan. Dalam hal ini, penguasaan teori menjadi sangat penting. Seorang guru harus memastikan bahwa siswa telah paham tentang konsep dasar suatu ilmu yang mereka pelajari. Dengan menguasai teori/konsep dan prakteknya, siswa akan memahami manfaat ilmu dalam jangka pendek dan jangka panjang. Agar para murid menguasai konsep dasar suatu bidang ilmu, seorang guru bisa mengajarkan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Selanjutnya, konsep-konsep yang abstrak itu Anda kombinasikan dengan kegiatan siswa sehari-hari. Karena konsep itu umumnya cukup sulit, guru harus mengajarkannya dengan cara yang mudah mereka pahami. Jelaskan konsep tersebut dengan bahasa yang sederhana agar mereka lebih mudah memahaminya. Tentu, untuk bisa menjelaskan konsep yang sulit dengan bahasa yang sederhana itu bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Sebagai seorang guru di era digital, Anda harus banyak membaca agar selalu update informasi. Anda juga perlu banyak berlatih dan mempersiapkan diri dengan matang sebelum memberikan pelajaran. Mengajarkan konsep abstrak kepada anak-anak akan mendorong mereka memiliki pemahaman teori yang mendalam, sekaligus bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengajak Siswa Belajar Aktif Peran guru selanjutnya di era digital ini adalah bagaimana seorang guru bisa memberikan pelajaran kepada para siswanya untuk bisa belajar secara aktif. Artinya, mereka tidak hanya menguasai konsep/teori namun juga menguasai prakteknya. Siswa bisa menerapkan ilmu yang diperoleh untuk membantu masyarakat di lingkungannya. Dalam pembahasan soal isu pencemaran lingkungan, misalnya, seorang guru bukan hanya membuat siswa paham akan bahaya pencemaran lingkungan. Namun juga mendorong siswa untuk turut mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Bagaimana caranya? Guru lantas menunjukkan cara prakteknya, misalnya dengan menyediakan tempat sampah agar siswa tidak membuang sampah di sungai, dsb. Intinya, ajak siswa untuk selalu hidup disiplin dan menghargai lingkungan. Upaya yang Anda lakukan itu juga merupakan bagian dari ajaran agama baca Islam yang perlu Anda sampaikan kepada murid-murid agar lebih paham tentang agamanya. Islam mengajarkan tentang pentingnya hidup bersih dan menjaga lingkungan hidup dari pencemaran. Ini prinsip-prinsip dasar dalam ajaran Islam. Kami, di Prestasi Global menerapkan prinsip-prinsip Islami untuk membantu siswa memahami dan mencintai agama Islam dengan baik. Mari bergabung bersama kami. Menjadikan Pintar Sekaligus Kreatif Hidup di era digital harus memiliki multitalenta. Seorang siswa akan kalah bersaing ketika hanya mengandalkan kecerdasannya tanpa menguasai aspek penting lainnya. Disinilah pentingnya peran guru dalam pendidikan, yakni tidak hanya menjadikan murid pintar namun juga punya kreativitas tinggi. Dua komponen pintar dan kreatif inilah yang siswa butuhkan di era digital. Ada banyak contoh kasus, murid pintar namun miskin kreativitas. Atau sebaliknya, murid kreatif namun dalam hal ilmu kurang menguasai. Adalah menjadi tugas guru untuk mengkombinasikan keduanya. Pintar tapi kurang kreatif bisa Anda lihat dari cara siswa berkomunikasi. Siswa pandai namun kurang kreatif umumnya kurang bisa berbagi ilmu dengan siswa lain. Mengapa? Karena siswa yang kurang kreatif cenderung mengalami masalah dalam komunikasi. Mereka biasanya sulit untuk bergaul dengan temannya yang lain. Mengingat pentingnya kreativitas bagi siswa, guru harus serius dan berupaya keras untuk merealisasikannya. Upaya ini sekaligus untuk mempermudah murid menerima pelajaran dari guru. Dengan menjadikan anak kreatif, mereka juga akan mudah menerima informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan di era digital. Lantas, bagaimana seorang guru bisa melatih kreatifitas anak didiknya? Hal pertama yang harus guru lakukan adalah dengan menambah wawasan. Barangkali akan sulit mengajak anak kreatif sementara gurunya tidak memiliki wawasan yang cukup. Padahal, wawasan yang luas akan menjadikan seorang guru lebih inovatif. Sifat inovatif sendiri merupakan syarat yang harus guru miliki untuk mendukung proses belajar mengajar dan menjadikan muridnya lebih mudah menangkap pelajaran yang ada. Selain wawasan yang luas, kini banyak guru belajar tentang referensi mengajar untuk mendukung usahanya menjadikan siswa kreatif. Jadi, selain wawasan yang luas, guru juga perlu memiliki banyak referensi. Menguasai Bahasa dan Budaya Era digital juga identik dengan dunia tanpa batas. Artinya, dunia digital saat ini tidak mengenal ruang dan waktu serta menghilangkan batas-batas wilayah suatu negara. Dunia kini telah menyatu, yang ditandai dengan semakin bercampurnya bahasa dan budaya di dunia. Isu ini harus disikapi oleh seorang guru untuk mendukung perannya sebagai tenaga pengajar di era digital. Bahasa dan budaya adalah dua aspek penting dan merupakan kunci untuk membuka jendela informasi dunia. Seorang guru tidak bisa mengembangkan metode pembelajaran dengan baik di era digital ini tanpa menguasai bahasa dan budaya yang ada di dunia. Dalam hal penguasaan bahasa, misalnya, seorang guru wajib menguasainya. Sebab, dia akan menghadapi murid-murid dengan berbagai latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda. Dan, bahasa yang lazim digunakan dalam pergaulan dunia adalah bahasa Inggris. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris sudah menjadi alat komunikasi untuk mengajar di sekolah-sekolah internasional. Jadi, untuk mendukung perannya di era global, seorang guru minimal harus menguasai bahasa Inggris. Tentu tidak cukup hanya menguasai secara pasif melainkan harus secara aktif. Apalagi, menjadi bahasa pengantar dalam pembelajaran, seorang guru harus bisa berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar. Secara pribadi, penguasaan bahasa asing baca Bahasa Inggris juga penting dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan perannya itu. Untuk menguasai bahasa asing, termasuk bahasa Inggris, tidak perlu strategi khusus. Yang Anda perlukan adalah kerja keras, ulet dan pantang menyerah. Anda harus banyak berlatih atau mempraktekkan percakapan dengan teman atau orang lain. Bahkan, jika perlu, sesekali pergi ke tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Disana, Anda bisa berlatih conversation dengan para turis untuk memperlancar bahasa Inggris Anda. Tidak perlu minder, tetap percaya diri bahasa Anda bisa melakukannya. Kesimpulan Sebagai kesimpulan, tugas dan tanggung jawab guru di era digital ini kian kompleks. Guru memiliki peran yang lebih besar dari sekadar memberikan ilmu kepada peserta didik. Lebih dari itu, seorang harus harus mampu menjadi agen perubahan agent of change bagi murid-muridnya. Guru harus mampu mengubah perilaku murid-murid menjadi pribadi yang mulia dan terpuji. Disinilah peran guru yang tidak akan bisa tergantikan oleh teknologi apapun. Yakni, cara mendidik seorang guru yang berbeda dengan media-media pembelajaran. Seorang guru ketika mendidik siswa-siswanya tentu dilakukan dengan penuh kasih sayang dan kehangatan. Hal yang tidak murid dapatkan ketika belajar dari media-media di internet. Mengingat pentingnya kehadiran seorang guru di tengah-tengah muridnya, saat pandemi covid-19, ada beberapa sekolah yang berani’ menerapkan blended learning ini. Yakni, sebuah praktek pembelajaran yang mengkombinasikan model tatap muka dengan pembelajaran daring online. Akhirnya, peran guru bisa dikatakan berhasil dalam pendidikan di era digital ketika mampu melahirkan anak-anak yang tidak hanya berprestasi di bidang akademik namun juga memiliki sifat yang terpuji dan berbudi luhur. Baca Juga Peran Orang Tua Kepada Anak di Masa Sekarang Sangat Penting! Seberapa Pentingkah Peran Itu?? Apa saja tantangan guru di era digital? Setiap guru harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman, dengan terus melakukan update informasi. Tepatnya, di era yang serba digital ini, setiap guru harus mampu beradaptasi dengan cara mengubah metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan siswa. Apa itu era digital? era digital adalah suatu kondisi kehidupan atau zaman dimana semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah dipermudah dengan adanya teknologi. Bisa juga dikatakan bahwa era digital hadir untuk menggantikan beberapa teknologi masa lalu agar jadi lebih praktis dan modern. Bagaimana peran guru di era digital? 1. Mengajarkan Konsep Abstrak 2. Mengajak Siswa Belajar Aktif 3. Menjadikan Pintar Sekaligus Kreatif 4. Menguasai Bahasa dan Budaya Visited 4,990 times, 1 visits today
moX9gg4.